SuaraJawaTengah.id - Kota Semarang pernah melahirkan sastrawan terkemuka Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin alias Nh. Dini. Pada zamannya Nh. Dini suka menceritakan kondisi kampung Sekayu melalui sebuah novel.
Kampung Sekayu bagi Nh. Dini bukan sekedar tempat tinggal. Tapi tempat mengasah imajinasi untuk melahirkan banyak novel seperti Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979), Sekayu (1981), dan Tirai Menurun (1997), Pada sebuah Kapal (1972) dan Namaku Hiroko (1977).
Karya-karya karangan Nh. Dini nggak hanya dikenal di tanah air saja bahkan mendunia. Seluruh novel maupun cerpen Nh. Dini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Inggris, Prancis dan Jepang.
Jejak Nh. Dini yang tersisa dan masih bisa kita lihat yakni di rumah masa kecilnya di Kampung Sekayu nomor 348 Kecamatan Semarang Tengah. Jarak rumahnya tidak terlalu jauh dengan balai pertemuan RW setempat.
Rumah yang masih mempertahankan konsep lawas itu kini ditinggali oleh kerabat Nh. Dini Oeti Siti Adiat dan kakak perempuannya. Rumah itu jadi satu-satu jejak Nh. Dini selain karya-karyanya.
"Rumah (Nh. Dini) ini hanya ditinggali dua orang, saya dan kakak," ucap Oeti Siti Adiati pada Suara.com belum lama ini.
Perempuan yang akrab disapa Oeti itu memaparkan bahwa yang ditulis Nh. Dini benar-benar menggambarkan kondisi Kota Semarang di masa lalu. Khususnya di Kampung Sekayu yang dulu masih berupa kebun kosong dan dipenuhi ilalang.
Kurang lebih 50 tahun setelah karya-karya Nh. Dini terbit. Kampung Sekayu sekarang sudah banyak berubah. Sekayu bukan lagi kebun kosong, Sekayu sekarang sudah disesaki gedung-gedung bertingkat.
"Sebelum ada gedung-gedung tinggi seperti sekarang. Belakang rumah ini dulu kebun kosong yang tak terawat. Ada kandang bebek, Dini sering memberi makan bebek-bebek itu," ungkap Oeti.
Menurut Oeti, Nh. Dini tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarga. Mesin TIK, buku atau barang-barang yang dimiliki Nh. Dini diwariskan ke anak angkatnya. Padahal Oeti berharap segala peninggalan Nh. Dini menyatu kembali dengan rumah masa kecilnya.
"Kalau ingat barang-barang atau peninggalan Dini saya suka sedih. Kami keluarga tidak punya satu pun barang. Bukan maksud material, tapi untuk kenangan," papar Oeti.
"Bahkan buku-bukunya Dini, kami tak bisa miliki satu pun," tambahnya.
Nh. Dini Dimata Warga
Salah satu warga Sekayu Risman atau akrab disapa Mbah Ris mengaku semasa kecil punya kenangan banyak bersama Nh. Dini. Lelaki yang kini berusia 72 tahun itu hanya terpaut 10 tahun umurnya dengan Nh. Dini.
Mbah Ris mengenang Nh. Dini merupakan sosok yang merakyat. Dia suka bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan jenis gender.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota