SuaraJawaTengah.id - Selain Raden Adjeng Kartini yang sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu tokoh perempuan lainnya yang berasal dari Jepara Ratu Kalinyamat baru saja dianugerahi gelar "Pahlawan" oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 10 November 2023 yang lalu.
Pemilik nama lengkap Ratna Kencana itu seorang putri Sultan Trenggana. Asal muasal nama "Ratu Kalinyamat" itu sendiri lantaran memiliki suami Pangeran Hadiri merupakan seorang pungasa di Jepara dan mereka tinggal didekat tepi sungai (kali) Nyamat.
Konon, Ratu Kalinyamat hidup dan berkuasa rentan periode 1549-1579. Selama masa pemerintahannya, Ratu Kalinyamat mendapat ancaman serta gangguan perdagangan di Selat Malaka karena telah dikuasai bangsa Portugis.
Berdasarkan sumber yang diterima Suara.com, Ratu Kalinyamat banyak menorehkan tinta bersejarah di Jepara diantaranya mampu mempertahankan konsolidasi keluarga kesultanan Demak, berhasil memulihkan perdagangan dan melakukan konsolidasi ekonomi di Jepara, membangun Masjid Mantingan, melopori lahirnya kerajinan ukir di Jepara, dan menguatkan sektor angkatan laut hingga disegani di wilayah nusantara.
Baca Juga: Mengingat Kembali Kisah Johannes Van Der Steur, Kompeni Belanda Asuh Ribuan Anak di Magelang
Jejak yang paling heroik yang dilakukan Ratu Kalinyamat yakni pernah beberapa kali menyerang Portugis dan mengerahkan pasukan sebanyak 15 ribu orang dengan jumlah perahu besar sebanyak 300. Walau pun gagal, Ratu Kalinyamat sangat gigih mempertahankan wilayah nusantara dari kolonialisme bangsa Portugis.
Ratu Kalinyamat sebenarnya sudah diusulkan jadi "Pahlawan Nasional" sedari dulu tepatnya tahun 2007-2008. Lantaran tidak adanya sumber primer yang memperkuat bukti sejarah. Usulan itu pun ditolak pemerintah Indonesia.
Hal itu diungkap seorang Akademisi sekaligus Peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Alamsyah. Lelaki kelahiran Jepara itu memang sangat konsen meneliti sosok Ratu Kalinyamat.
"Ditolaknya Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional karena masih dianggap mitos. Saat itu kami tidak mencantumkan sumber primer," ucap Alamsyah saat ditemui Suara.com, di Kampung Tobak Santrendelik, Kota Semarang, Kamis (16/11/2023).
Diakuinya, dalam merekontruksi sejarah, sumber primer adalah hal yang paling utama. Secara pengertian, sumber primer sendiri merupakan data yang diperoleh dari orang yang melihat, mendengar maupun terlibat sebagai aktor dalam sebuah peristiwa sejarah.
Baca Juga: Deretan Wanita yang Jadi Raja Terkuat di Nusantara, Jawa Tengah Ada Ratu Kalinyamat
"Sumber primer bisa dari berita asing, artefak, atau historiografi tradisional seperti babad, hikayat, dan serat. Di dalam sumber primer juga sebenarnya tidak ditulis secara spesifik hanya disebut Ratu Jepara saja," paparnya.
Melihat rekam jejak yang telah dilakukan Ratu Kalinyamat di Jepara. Istri Pangeran Hadiri itu memang layak menyandang gelar "Pahlawan Nasional", lantaran kegigihannya melawan ekspansi bangsa asing di wilayah nusantara.
"Saya rasa (Ratu Kalinyamat) setara dengan Kartini. Bedanya dia melakukan perlawanan tidak hanya melalui pemikiran. Melainkan menginisiasi dan menggerakan pasukan sebanyak 15 ribu orang untuk melawan Portugis," tuturnya.
Proses yang Panjang
Butuh proses sangat panjang dan berliku untuk menemukan dokumen-dokumen penting yang menyatakan Ratu Kalinyamat bukan sekedar cerita mitos. Perjalanan pencarian tentang Ratu Kalinyamat dimulai tahun 2018 dengan dibentuk tim yang dipimpin Wakil Ketua MPR RI
Lestari Moerdjiat.
Perempuan yang akrab disapa Ririe itu memang telah diamanati almarhum Wakil Bupati Jepara Subroto untuk memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai "Pahlawan Nasional". Sebab Pemerintah Daerah (Pemda) Jepara sudah beberapa kali mengusulkan, tetapi ditolak karena kekurangan bukti yang kuat.
"Yu aku minta bantuan untuk mengusulkan Ratu Kalinyamat jadi pahlawan. Lalu aku diberikan dokumen yang berisikan alasan penolakkannya," kata Ririe.
"Pemda Jepara masih kekurangan data kalau Ratu Kalinyamat bukan sekedar mitos, cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Ratu Kalinyamat tidak memiliki keteladanan. Dan paling terkenal adalah sifat dendam karena terlibat membunuh Arya Penangsang," tambahnya.
Setelah mengiyakan untuk menelusuri jejak-jejak Ratu Kalinyamat. Ririe mengaku prihatin setelah tau kalau Ratu Kalinyamat dianggap pelacur keraton oleh masyarakat di luar Jepara. Bahkan tak jarang dalam lakon ketoprak di pesisir utara, Ratu Kalinyamat sering digambarkan sebagai seorang lonte.
Sesama perempuan dan bertahun-tahun meneliti sosok Ratu Kalinyamat. Stigma negatif diatas tersebut merupakan sebuah fitnah. Dia juga kesal ada beberapa jurnal ilmiah yang menggambarkan Ratu Kalinyamat sebagai pelacur keraton.
"Saya ingin meluruskan dan perlu dipahami anak muda. Di jurnal atau stigma dari masyarakat luar Jepara yang menyebut Ratu Kalinyamat pelacur keraton adalah fitnah. Sebagai seorang perempuan saya tidak terima," tegas Ririe.
Ditengah perjalanan mencari bukti-bukti sejarah. Ririe bersama tim sebenarnya hampir putus asa. Ketika mereka kesusahan mencari sumber primer untuk menguatkan kalau Ratu Kalinyamat bukan sekedar mitos belaka.
Beruntung, Alamsyah bertemu dengan seorang mahasiswa S3 yang sedang menempuh pendidikan di Portugal. Setelah cerita banyak, mahasiswa S3 ini mengantarkan tim peneliti Ratu Kalinyamat ke salah satu Universitas Katolik disana.
Tim pun berhasil menemukan sebuah dokumen yang akan menjadi sumber primer. Disalah satu dokumen, nama Ratu Kalinyamat sering disebutkan sebagai sosok perempuan penguasa yang tangguh.
"(Dokumen) itu ditulis menggunakan bahasa Portugis tua, tidak mudah mencari orang untuk menerjemahkan. Tapi kami berhasil menelaah dan dijelaskan bahwa para tentara Portugis kalau melihat kapal-kapal Ratu Kalinyamat seperti kapal induk Amerika. Jadi zaman dulu Jepara sudah bisa bikin pangkalan dan kapal besar," terang Ririe.
Proses panjang dari tahun 2018 sampai 2022 pun membuahkan hasil. Ratu Kalinyamat telah resmi ditetapkan sebagai "Pahlawan Nasional" berkat jasa-jasanya memperjuangkan serta mempertahankan wilayah nusantara di periode 1549-1579.
"Tim banyak sekali menemukan elemen semacam suprise yang membuat kita terkagum-kagum. Meski Indonesia waktu itu belum ada, tapi Ratu Kalinyamat sudah punya visi menjaga wilayah perairan nusantara," pungkasnya.
Kontributor : Ikhsan
Berita Terkait
-
Ketika Keadilan Tidak Lagi Hitam dan Putih di Anime Go! Go! Loser Ranger!
-
Ada Nama Soeharto dan Gus Dur, Ini Daftar 10 Tokoh yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
-
Ulasan Buku Pahlawan Kota Kita: Mereka yang Berjasa bagi Banyak Orang
-
Dana Zakat Jadi Solusi Sementara, Pramono Janji Pulihkan Anggaran Penghargaan Keluarga Pahlawan Usai Dicoret Kemendagri
-
Kena Imbas Efisiensi Anggaran, Tunjangan Keluarga Pahlawan Kini Disetop Pemprov Jakarta
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Sebut Masjid Al Jabbar Dibangun dari Dana Pinjaman, Kini Jadi Perdebatan Publik
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Yamaha NMAX Kalah Ganteng, Mesin Lebih Beringas: Intip Pesona Skuter Premium dari Aprilia
- JakOne Mobile Bank DKI Bermasalah, PSI: Gangguan Ini Menimbulkan Tanda Tanya
Pilihan
-
Hasil Liga Thailand: Bangkok United Menang Berkat Aksi Pratama Arhan
-
Prediksi Madura United vs Persija Jakarta: Jaminan Duel Panas Usai Lebaran!
-
Persib Bandung Menuju Back to Back Juara BRI Liga 1, Ini Jadwal Lengkap di Bulan April
-
Bocoran dari FC Dallas, Maarten Paes Bisa Tampil Lawan China
-
Almere City Surati Pemain untuk Perpanjang Kontrak, Thom Haye Tak Masuk!
Terkini
-
Ini 7 Amalan Bulan Syawal yang Dianjurkan untuk Dilakukan
-
Jadwal dan Keutamaan Puasa Syawal 2025: Sampai Kapan Kita Bisa Berpuasa?
-
Jangan Paksakan ke Rest Area saat Arus Balik, Ini Tips Istirahat Aman dan Nyaman dari Kapolri
-
Tak Hanya THR, Desa Wunut Tunjukkan Kepedulian Nyata Lewat Jaminan Sosial
-
Nikmati Libur Lebaran, Ribuan Wisatawan dari Berbagai Daerah Ramaikan Saloka Theme Park