Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 05 Desember 2023 | 11:01 WIB
Potret Patung Ribut Waidi menggiring bola di pertigaan Karengrejo, Jatingaleh, Kota Semarang. Senin (4/12/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Suporter PSIS Semarang yakni Panser Biru dan Snex wajib tahu tentang sejarah patung yang berdiri di pertigaan Karengrejo, Jatingaleh.

Patung orang yang nampak sedang menggiring bola tersebut bukan sosok biasa. Dia Ribut Waidi, legenda PSIS Semarang medio 1984-1992.

Nama pesepak bola asal Trangkil, Kabupaten Pati itu masih harum sampai sekarang. Dia seolah hidup abadi di dalam lubuk hati suporter PSIS Semarang.

Meski secara raga Ribut Waidi telah tiada. Sebab pemain sayap kanan itu sudah meninggal dunia pada tanggal 3 Juni 2012 dan dimakamkan di Pemakaman Giri Loyo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.

Baca Juga: Usai Rusuh di Semarang, Pendukung PSS Sleman Dikecam Publik: Jarene Suporter Terbaik se-Indonesia?

"Salah satu pahlawan PSIS Semarang sekaligus Timnas Indonesia," kata mantan ketua umum Panser Biru Benny Setiawan pada Suara.com, Senin (4/12/23).

Momen ikonik yang masih diingat Benny terhadap sosok Ribut Waidi adalah gol semata wayangnya yang sukses antarkan Timnas Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya di ajang Sea Games.

"Waktu itu saya masih kecil, saya tidak tau banyak. Tapi nama Ribut Waidi abadi karena salah satu pemain sukses dan berprestasi yang pernah dimiliki PSIS," jelasnya.

Karir Ribut Waidi

Sebelum terkenal dan jadi legenda PSIS Semarang. Ribut Waidi menimba ilmu dan memulai karir sepak bolanya di PS Sukun Kudus sekitar tahun 1980an.

Baca Juga: Usai Suporter Rusuh di Jatidiri, PSSI Diminta Tegas Beri Sanksi ke PSS Sleman: Pengurangan Poin!

Potensi dan bakat alamiah yang dimiliki Ribut Waidi kemudian tercium seorang pelatih nasional E.A Mangindaan. Kala itu dia sedang bertugas menjadi scouting untuk persiapan Pra PON Jawa Tengah tahun 1983.

Berkat temuan scouting itulah jadi awal Ribut Waidi meraih pucak kesuksesan di sepak bola tanah air. Ribut Waidi kemudian merantau ke PS Kuda Laut Pertamina Semarang dan akhirnya berlabuh ke PSIS Semarang tahun 1984.

"Dia (Ribut Waidi) dari sisi sejarah jadi pemain asal Pati pertama yang memperkuat tim elite di era perserikatan," kata Pengamat Sepak Bola Jawa Tengah, Amir Machmud NS.

Lelaki yang menjabat Ketua PWI Jateng ini mengatakan pelatih yang paling berjasa memoles bakat Ribut Waidi yaitu Cornelis Soeradi. Sebab menurut Amir, karakter Ribut Waidi yang suka meledak tidak untuk mudah ditangani.

Selain punya karakter yang kuat, Ribut Waidi juga punya keistimewaan dalam hal kecepatan dan menggiring bola. Sehingga sering bikin bek-bek kewalahan saat menghadapi Ribut Waidi disayap kanan.

Puncak kejayaan Ribut Waidi sebagai pemain terjadi di tahun 1987. Di tahun itu, Ribut Waidi sukses mengawinkan gelar juara PSIS Semarang di era perserikatan dengan gelar juara Sea Games bersama Timnas Indonesia.

Ribut Waidi juga dinobatkan sebagai pemain terbaik musim 1987 berkat penampilan impresifnya bersama PSIS Semarang.

"Iya, Ribut Waidi pesepak bola tersukses asal Jawa Tengah. Di tingkat nasional juga dia seharusnya dikenang sebagai legenda," imbuh Amir.

Selain itu, Amir juga mengaku punya kedekatan khusus dengan Ribut Waidi. Walaupun demikian, Amir tak sungkan mengkritik Ribut Waidi melalui sebuah tulisan.

"Pernah suatu ketika, saya mengkritik (Ribut Waidi), dia marah. Tapi akhirnya dia menyadari apa yang saya sampaikan itu konstruktif untuk membangun kekurangan-kekurangan. Awalnya dia juga sempat star syndrome," kata Amir.

Seandainya Ribut Waidi masih ada. Amir yakin kalau dia jadi rebutan klub-klub top Liga 1. Karena memang Ribut Waidi punya keistimewaan dalam menyisir garis pertahanan lawan dan punya kemampuan penyelesaian akhir yang cukup bagus.

Untuk menghargai pencapaian luar biasa yang telah dilakukan oleh Ribut Waidi.  Pemerintah Kota Semarang membuat patung ikonik Ribut Waidi yang tengah menggiring bola.

Patung Ribut Waidi sebenarnya sempat roboh, lalu dibangun lagi untuk kedua kalinya. Sampai sekarang patung itu masih berdiri kokoh.

"Kalau saya mengenang Ribut Waidi itu sebagai pemain Alam. Karena tau-tau besar sudah bagus dan dipoles sama pelatih yang punya kompetisi. Itu sekilas kenangan saya dengan almarhum," tandasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More