Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 20 Maret 2024 | 04:29 WIB
Hampir di sepanjang Jalan Pantura Demak-Kudus banyak tenda-tenda pengungsian. Selasa (19/3/24) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak kembali berurusan dengan banjir. Akibat bencana yang berulang itu kemudian bikin Jalan Pantura Demak-Kudus mendadak jadi pemukiman dan sawah jadi lautan.

Pemicu terjadinya banjir di daerah paling timur Kabupaten Demak itu hampir sama dengan kejadian bulan Februari lalu yakni intensitas hujan tinggi dan jebolnya tanggul sungai.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Demak pertanggal 18 Maret 2024. Sebanyak 11 Kecamatan, 89 Desa, 14 fasilitas kesehatan, 70 sarana pendidikan, 133 rumah ibadah, dan 4.541 hektar area persawahan terdampak banjir.

"Data itu selalu bergerak perkiraan orang yang mengungsi 7.256 KK atau 24 ribuan sekian," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng, Muhammad Chomsul pada Suara.com, Rabu (20/3/24).

Baca Juga: Kabupaten Demak Banjir Lagi, Kondisi Tanggul Sungai Perlu Dievaluasi

Chomsul memaparkan dapur umum sudah tersebar di beberapa titik. Akan tetapi, tidak semua warga yang terdampak banjir mendapat bantuan logistik seperti makanan.

"Kesulitan kami memang disitu karena mereka tidak terkonsentrasi. Sementara pemetaan kondisi yang ada di lapangan belum maksimal," katanya.

Untuk perbaikkan tanggul sungai sendiri masih dalam proses pengerjaan. Kabarnya sejumlah alat berat dan personel TNI akan dilibatkan dalam pengerjaan tanggul tersebut.

"Dapur umum untuk memenuhi konsumsi warga saat sahur dan buka. Kebutuhan mendesak saat ini ya logistik. Karena secara umum persiapan banjir yang kedua ini sudah lebih baik," terangnya.

Bikin Tenda di Jalan Pantura

Baca Juga: Kurangi Intensitas Hujan, Rekayasa Cuaca TMC di Semarang Mulai Dilakukan

Genangan banjir di Karanganyar memang paling parah. Bahkan sampai melumpukan aktivitas perekonomian di Jalan Pantura Demak-Kudus.

Jalan Pantura Demak-Kudus yang tiba-tiba lenggang itu kemudian dimanfaatkan  untuk mendirikan tenda pengusingan. Alhasil, jalan yang setiap harinya ramai dilalu kendaraan berubah jadi sebuah pemukiman.

Sebenarnya warga yang terdampak banjir di Karanganyar sudah disediakan tempat pengungsian. Tapi ada sebagian warga yang memilih mendirikan tenda ala kadarnya di pinggir Jalan Pantura Demak-Kudus.

"Udah tiga hari. Nyuci, mandi, apa aja kita lakukan disini. Kesulitannya mencari air buat minum," ucap seorang warga Edi Sumarno.

Lelaki paruh baya itu tidak sendirian menghuni tenda berukuran 4×4. Dia ditemani anak, saudara hingga cucu.

Bila hujan datang, satu keluarga tersebut hanya bisa pasrah dengan menahan hawa dingin. Tinggal dan tidur di tenda bukan pengalaman pertama bagi Edi dan keluarganya.

Sebab pada saat peristiwa banjir bulan Februari kemarin. Mereka memilih tinggal dan bertahan hidup di tenda tersebut selama 10 hari.

"Kemarin kami semua sempat kehujanan, ya cuma bisa kekepan aja. Intinya kami tinggal disini bisa makan," imbuhnya.

Sektor Pertanian Paling Terdampak

Sementara itu sektor yang paling terdampak banjir adalah pertanian. Gegara genangan banjir tersebut area persawahan di Karanganyar malah seperti lautan.

Nur Sadi petani di Desa Cangkring Rembang, Karanganyar tak bisa berbuat apa-apa saat sawahnya seluas 1 hektar digenangi banjir setinggi 2-3 meter.

"Iya, disini hampir 90 persen lahan pertanian jadi laut. Banjir pertama kemarin surutnya 15 hari," tutur Sadi di lokasi pengungsian.

Wajah lelaki berusia 39 tahun itu tiba-tiba lesu saat membayangkan kerugian akibat sawahnya teredam banjir. Meski tidak menyebut detail angka, dia mengalami kerugiaan sangat besar.

Sadi lantas menjelaskan kerugian yang paling besar saat terjadi banjir pertama kemarin. Pasalnya waktu itu bentar lagi masa panen dan harga gabah sedang tinggi.

Jika dihitung-hitung semisal harga gabah sedang bagus. Sadi mampu mengantongi uang sebanyak Rp25-30 juta dalam sekali panen.

Area persawahan yang tergenang banjir itu akan selalu ia ingat. Sepanjang hidup dan puluhan tahun jadi petani. Baru pertama dalam sejarah persawahan di Karanganyar Demak dihantam bencana banjir.

"Semuanya hilang, padinya jadi hitam. Tidak bisa dikonsumsi manusia, itu buat hewan. Zonk (nggak dapat) bantuan dari pemerintah. Ini resiko pekerjaan," tukasnya sembari mengeluh.

Kontributor : Ikhsan

Load More