SuaraJawaTengah.id - Sepotong kisah haru terjadi dari korban banjir di Kabupaten Demak. Ia adalah Oktaviyaningrum, perutnya terasa mulas-mulas saat banjir mengepung rumahnya.
Padahal, ia tengah berada dalam keadaan hamil tua. Diketahui usia kandungan perempuan warga Kampung Krapyak, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak itu sudah memasuki sembilan bulan.
Mulasnya itu, ia rasakan di dalam rumahnya. Ada dorongan kuat ingin segara ke klinik bersalin. Namun, di luar rumah sedang tidak baik-baik saja. Banjir mulai menggenangi lingkungan sekitar. Tanggul sungai di kampungnya jebol karena hujan dengan intensitas tinggi.
Saat itu, suaminya masih bergotong royong bersama warga mencoba menutup tanggul dengan sandbag, agar banjir tidak semakin tinggi dan meluas.
Pada momentum itu, suaminya juga berada pada persimpangan kebimbangan, antara menyelesaikan menutup tanggul agar banjir tak meluas, atau langsung pulang mendampingi istrinya. Pada akhirnya, ia memutuskan pulang ke rumah mendampingi istrinya.
Begitu suaminya sampai rumah, perempuan yang akrab disapa Okta itu langsung di bawa ke klinik persalinan. Untuk melintasi banjir yang melanda, ia menumpang perahu karet.
Setelah melewati genangan, barulah diantarkan menggunakan mobil. Jarak dari rumah ke kliniknya 30 menit. Menit demi menit ia lalui dengan debar.
“Pokoknya penuh tantangan, tidak menyangka melahirkan pas tanggul jebol. Waktu perjalanan ke klinik air sudah naik lebih dari 15 centimeter," kata Okta di lokasi pengungsian di Wisma Halim, Jumat (22/3/2024).
Usai melahirkan dipersalinan, Okta dan suaminya sempat bingung akan pulang kemana. Ia sempat memutuskan pulang ke rumah bersama bayinya. Sebab, banjir di rumahnya belum begitu tinggi.
Baca Juga: Banjir Demak Disebut Tanda Munculnya Selat Muria, Simak Sejarah dan Penyebab Selat Itu Hilang
Tetapi sehari setelah pulang ke rumah, ternyata air meninggi dengan cepat. Dengan kondisi panik, mereka dengan empat anaknya membawa barang seadanya, mengungsi di mushola dekat rumah, yang posisinya dianggap lebih aman.
Namun, karena mengungsi di mushola tersebut dianggap warga sekitar tidak repesentatif bagi ibu yang baru saja melahirkan, perangkat kampungnya kemudian menyarankan agar pindah ke pengungsian Wisma Halim.
Di wisma itu, ia bersama 216 warga yang lain. Sebab, kondisinya lebih aman dan fasilitasnya memadai. Seperti ketersediaan air bersih, makanan sehari -hari, dan tempat ibadah. Okta pun tak merasa kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya. Baju, popok, minyak telon, semua tersedia.
Sebagai ibu yang baru saja melahirkan, Okta dan anaknya juga mendapat perhatian khusus dari petugas. Setiap hari kesehatan mereka berdua, dan asupan makanannya diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.
"Pelayanan di sini bagus, terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek," ungkapnya.
Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana berkesempatan mengecek langsung kamp pengungsian yang ditempati Okta dan suaminya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025
-
7 Jalur Trek Lari di Purwokerto, Syahdyu untuk Melepas Penat dan Menjaga Kebugaran