Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 09 April 2024 | 08:49 WIB
Ilustrasi narkoba. (Pixabay/B-A)

SuaraJawaTengah.id - Ketua Lembaga Anti Narkoba (LAN) Jateng Hernawan Tri Handoyo menyoroti terjadinya pengungkapan pabrik Narkoba di Kota Semarang. Ia mengaku prehatin dengan kasus tersebut.

uniknya pabrik obat-obatan terlarang itu berlokasi didekat lingkungan pendidikan Universitas Diponegoro (UNDIP).

"Kita amati ada beberapa kerunutan di semarang, ada tawuran, ada gengster, kita sudah tahu ya pasti arahnya penyelahgunaan narkoba. Semarang ini paling menonjol ya, ditemukan dua pabrik Narkoba," ucapnya di Semarang pada Selasa (9/4/2024).

Menurutnya, ditemukannya pabrik pembuatan Narkoba itu tentu menjadi tanda bahaya generasi muda yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok di Kota Semarang Masih Relatif Aman

"Home industri ini memang harus ada peran masyarakat untuk ikut memerangi. Kita menunggu ini peran pemerintah untuk memerangi penyakit akibat narkoba ini," ucapnya.

Hernawan pun mengungkapkan, praktik penjualan obat-obat terlarang tersebut semakin marak terjadi. Penjualannya pun menurut dia sudah dengan cara-cara yang canggih.

"Sudah bukan rahasia orang ya, ada yang mengaku membeli obat terlarang ini dari marketplace seharga Rp250 ribu, dijual lagi di pasaran bisa sampai jutaan. Ini yang harus menjadi perhatian, mudahnya membeli narkoba. Alat beli bong di marketplace ada disitu, dijual dan dikirim," ucapnya.

"Maka ini bahaya sekali untuk generasi muda. Maka kami berharap pemerintah segera bergerak untuk melakukan penyuluhan. Transaksi jual beli jasa online ini perlu regulasi khusus," ucapnya.

Hernawan menyebut, Kota Semarang adalah daerah ketiga yang rawan akan penyalahgunaan Narkoba. Peredaran barang haram tersebut biasanya dijual disekitar lingkungan pendidikan.

Baca Juga: Namanya Masuk dalam Bursa Pilwakot Semarang, Arnaz Tak Tak Ingin Buru-buru Deklarasi: Harus Melalui Mekanisme

"Solo, klaten, semarang ini kota ketiga yang paling besar transaksinya. Kebanyakan jual beli itu di dekat kampus-kampus. Harusnya ini jasa pengirimannya harus kerjasama dengan kepolisian. Saat tahu itu narkoba ya jangan dikirim atau langsung diamankan dan dimusnahkan polisi," tegasnya.

Sebelumnya Polisi membongkar praktik produksi narkoba jenis "Happy Water" di sebuah rumah di Jalan Ngesrep Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, bersama dua pelaku yang berperan sebagai peracik.

Dikutip dari ANTARA, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol. Mukti Juarsa mengatakan, narkoba jenis "Happy Water" tersebut sejenis dengan pengungkapan di Thailand beberapa waktu lalu.

Selain "Happy Water", kata dia, pabrik rumahan itu juga memroduksi narkoba jenis Sabu-sabu.

Dua peracik berinisial PR dan F, kata dia, diamankan saat masih menggunakan hazmat untuk proses produksi.

Dari ketengan kedua tersangka, lanjut dia, pabrik rumahan ini sudah beroperasi sejak dua pekan lalu.

Dua tersangka yang merupakan residivis kasus narkoba itu, menurut dia, mendapat upah sekitar Rp500 juta setelah proses produksi selesai.

Dalam sepekan, ia mengungkapkan pabrik rumahan itu mampu memroduksi 2 ribu kemasan "Happy Water" dan 3 kg Sabu.

Adapun narkoba-narkoba tersebut, kata dia, diduga diedarkan ke sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga ke Pulau Kalimantan.

"Diedarkan ke kota-kota besar yang ada tempat hiburan-nya," ungkapnya.

Ia menjelaskan narkoba jenis "Happy Water" tersebut memiliki kemiripan efek seperti ekstasi.

"Happy Water ini tinggal diseduh dengan air mineral jika akan dikonsumsi," ucapnya.

Ia menambahkan pengungkapan ini berawal dari laporan Bea Cukai tentang adanya pengiriman bahan kimia dasar untuk produksi narkoba asal Tiongkok.

Load More