Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:45 WIB
Tekanan darah tinggi, hipertensi (Pixabay/McRonny)

SuaraJawaTengah.id - Kasus penyakit hipertensi sering ditemukan ditemukan di Indonesia. Rupanya orang-orang di Asia rentan dengan sakit karema tekanan darah tinggi

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension/INASH) menjelaskan mengapa orang Asia lebih rentan terkena penyakit hipertensi dibandingkan ras lainnya yang berada di seluruh dunia.

“Populasi Asia itu punya gen yang sensitif dengan garam. Dibandingkan dengan (orang) Eropa, ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan ini berbeda dengan ras Kaukasia,” kata Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S dikutip dari ANTARA pada Sabtu (18/5/2024). 

Eka menuturkan salah satu faktor gen Asia cenderung sensitif dengan garam disebabkan oleh adanya budaya makan yang telah terbentuk sejak dulu tidak bisa lepas dari makanan-makanan yang rasanya asin. 

Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Tuan Rumah Asian School Badminton Championship, Nana Sudjana: Siap Sambut dengan Baik

Di Jepang, Korea dan China misalnya, mereka menyukai makanan yang telah difermentasi seperti stinky tofu (tahu busuk), kimchi dan natto.

Sementara di Indonesia, makanan yang dia sebutkan identik dengan rasa asin dan digemari seperti sambal, saos sambal, ikan asin sampai camilan dan makanan beku yang dijual di pusat perbelanjaan.

“Garam itu menyebabkan resistensi cairan, makanya volume darah banyak, jadi, tekanan darah tinggi,” kata dia.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kementerian Kesehatan yang dirilis pada tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia telah mencapai 34,1 persen.

Temuan di rumah sakit menunjukkan bahwa banyak pasien hipertensi mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal hingga cuci darah. Kondisi itu bahkan sudah ditemukan di usia yang jauh lebih muda.

Baca Juga: Tak Hanya di Semarang, Kota Surakarta Disiapkan Menjadi Kota Metropolitan Baru di Jawa Tengah

Eka mengatakan jika sebelumnya faktor risiko hipertensi banyak ditemukan pada pasien yang berusia 55 tahun ke atas, saat ini trennya bergeser ke arah usia 30 sampai 40 tahun. Tren itu juga berlaku pada kondisi secara global.

“Itu sudah genetik dan genetik itu sudah tidak bisa di apa-apakan. Orang Asia itu memang secara genetik lebih sensitif dengan garam,” ujar dia.

Menanggapi situasi tersebut, Eka menyarankan supaya masyarakat tidak mengonsumsi garam lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh per orang per hari. Dibandingkan dengan membeli makanan siap saji, dia mengatakan lebih baik untuk memasak lauk pauk di rumah karena takaran bumbu yang dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing orang.

Konsumsi daun seledri dan mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sedangkan terkait dengan minuman, dia menyarankan agar penderita hipertensi memperbanyak konsumsi air putih.

"Tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi meminum banyak kopi, terutama dengan hipertensi berat. Kalaupun ingin minum kopi, penderita dapat memilih kopi hitam yang lebih sehat dan berkhasiat bagi tubuh," kata dia.

Load More