Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 28 September 2024 | 18:10 WIB
PSIS Semarang akan menghadapi 3 laga berat pasca FIFA Matchday dengan menjalani laga tandang.

SuaraJawaTengah.id - PSIS Semarang kembali menghadapi tantangan berat sebagai tim musafir di Liga 1 2024/2025. Status ini memaksa mereka bermain jauh dari rumah mereka, Stadion Jatidiri, yang kini sedang direnovasi. Tentu saja, kondisi ini mempengaruhi performa tim, baik dari segi fisik, mental, maupun finansial.

Pada pertandingan terakhir, PSIS harus mengakui keunggulan Arema FC di Stadion Moch Soebroto, Magelang. Kekalahan ini memperpanjang tren negatif ketika PSIS bermain di luar kandang aslinya. Dari tiga pertandingan kandang musim ini yang dimainkan di Magelang, PSIS hanya mampu meraih satu kemenangan, sementara dua lainnya berakhir dengan kekalahan.

Lantas, apa saja faktor yang membuat PSIS kesulitan saat berstatus sebagai tim musafir?

1. Atmosfer Kandang yang Hilang

Baca Juga: Adi Satryo dapat Panggilan Timnas Indonesia, Bakal Berlaga di Kualifikasi Piala Dunia

Suasana malam hari Stadion Jatidiri Semarang saat uji coba lampu stadion tersebut di Karangrejo, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/2/2022). ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)

Stadion Jatidiri bukan sekadar tempat bermain, melainkan benteng yang memberikan dukungan penuh dari para suporter PSIS, yang dikenal fanatik. Ketika bermain di kandang sendiri musim lalu, PSIS menunjukkan performa superior, dengan meraih 29 poin dari 12 pertandingan. Dukungan suporter secara langsung memberi energi tambahan bagi para pemain, membuat mereka lebih percaya diri dan bersemangat.

Bermain di stadion netral seperti Moch Soebroto, PSIS kehilangan elemen ini. Atmosfer dukungan dari suporter sulit dirasakan di stadion yang jauh dari Semarang, sehingga memengaruhi mental bertanding pemain.

2. Kelelahan Fisik dan Logistik

Bek PSIS Semarang, Alfeandra Dewangga saat menghadapi PSBS Biak di laga pekan ketiga BRI Liga 1 2024/2025. [Dok. PSIS Semarang]

Bermain jauh dari Jatidiri bukan hanya masalah teknis, tapi juga logistik. Pemain PSIS harus melakukan perjalanan jauh setiap kali pertandingan kandang diadakan. Hal ini menguras energi dan waktu istirahat mereka, yang pada akhirnya berdampak pada performa di lapangan.

Selain itu, manajer operasional PSIS, Wisnu Adi, juga mengungkapkan bahwa pengeluaran klub menjadi lebih besar karena harus menyewa stadion dan mengakomodasi logistik tim untuk perjalanan ke luar Semarang. Pengeluaran ini menambah beban bagi klub, sementara hasil di lapangan tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.

Baca Juga: Mengintip LHKPN Yoyok Sukawi Bakal Calon Wali Kota Semarang, Punya Harta Rp14 Miliar

3. Adaptasi Lapangan dan Kondisi Lapangan yang Berbeda

Gelandang PSIS Semarang, Septian David Maulana saat menghadapi PSBS Biak di laga pekan ketiga BRI Liga 1 2024/2025. [Dok. PSIS Semarang]

Setiap stadion memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi ukuran lapangan, kondisi rumput, hingga fasilitas pendukung. Adaptasi terhadap Stadion Moch Soebroto tentu membutuhkan waktu, dan hal ini sering kali menjadi kendala bagi tim yang sudah terbiasa bermain di Jatidiri.

Gilbert Agius, pelatih PSIS, pernah mengungkapkan kerinduannya untuk kembali ke Jatidiri, dengan menyebut atmosfer dan kenyamanan stadion tersebut sebagai salah satu faktor penting dalam performa tim. Adaptasi yang tidak optimal terhadap stadion baru sering kali membuat tim sulit mencapai permainan terbaik mereka.

4. Tekanan Mental sebagai Tim Musafir

Gali Freitas cetak gol tunggal, antar kemenangan untuk PSIS Semarang atas PSBS Biak. (Instagram/@psisfcofficial

Selain faktor teknis dan fisik, tekanan mental sebagai tim musafir juga menjadi aspek krusial. Pemain harus menghadapi tekanan lebih besar karena bermain di luar kandang dengan harapan tinggi dari suporter yang tetap menuntut hasil positif. Meski demikian, kondisi di lapangan sering kali tidak mendukung untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Kendati demikian, klub berjuluk laskar mahesa jenar itu berharap agar mereka bisa segera pulang ke Stadion Jatidiri. Kembalinya PSIS ke rumah mereka diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperbaiki performa dan keluar dari status tim musafir yang mempersulit mereka.

Dengan evaluasi yang tepat, PSIS perlu segera mengatasi masalah ini dan bersiap menghadapi pertandingan selanjutnya dengan optimisme baru, meski masih harus bermain jauh dari Jatidiri untuk sementara waktu.

Load More