Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 04 Februari 2025 | 14:37 WIB
Tanggal Berapakah Hari Valentine? (Unsplash)

SuaraJawaTengah.id - Hari Valentine, yang diperingati setiap 14 Februari, telah menjadi perayaan cinta dan kasih sayang yang dikenal luas di seluruh dunia.

Meskipun kini identik dengan kartu ucapan, bunga, cokelat, dan hadiah, asal-usul perayaan ini memiliki akar sejarah yang panjang dan beragam, terhubung dengan tradisi Romawi kuno, legenda Santo Valentine, dan perubahan dalam budaya Eropa abad pertengahan.

Legenda Santo Valentine

Perayaan Hari Valentine sering kali dikaitkan dengan Santo Valentine, seorang pendeta Kristen yang hidup di Roma pada abad ke-3 Masehi. Pada masa itu, Kaisar Claudius II melarang pernikahan bagi para pemuda, karena ia percaya bahwa pria yang belum menikah akan menjadi prajurit yang lebih baik.

Baca Juga: Sejarah Stadion Jatidiri, Stadion Andalan Warga Semarang yang Kini Resmi Berstandar FIFA

Namun, Santo Valentine menentang peraturan tersebut dan diam-diam menikahkan pasangan-pasangan muda yang jatuh cinta.

Akhirnya, tindakan Santo Valentine terungkap dan ia ditangkap oleh pemerintah Roma. Setelah dihukum mati pada 14 Februari, cerita tentang keberaniannya dalam mempertahankan cinta dan kasih sayang pun menyebar.

Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang surat yang ia kirimkan kepada seorang gadis yang menjadi sahabatnya, yang ditandatangani dengan kalimat "From your Valentine." Sejak itu, nama Valentine dan tanggal 14 Februari diidentikkan dengan perayaan cinta.

Festival Lupercalia: Tradisi Romawi yang Menjadi Cikal Bakal Hari Valentine

Selain kisah Santo Valentine, perayaan Hari Valentine juga dipengaruhi oleh Festival Lupercalia, sebuah tradisi Romawi kuno yang dirayakan pada 15 Februari untuk menghormati Faunus, dewa kesuburan. Dalam festival ini, pria dan wanita muda dipasangkan melalui undian untuk merayakan kesuburan dan cinta.

Baca Juga: Renovasi Rp23 Miliar, Stadion Jatidiri Kini Berstandar FIFA!

Pada abad ke-5, Paus Gelasius I memutuskan untuk mengganti Festival Lupercalia dengan perayaan yang lebih bernuansa Kristen, yang dikenal dengan nama Hari Santo Valentine. Dengan demikian, tanggal 14 Februari dipilih untuk memperingati Santo Valentine, dan perayaan ini secara perlahan menggantikan Lupercalia yang lebih bersifat pagan.

Perkembangan Hari Valentine di Abad Pertengahan

Sebelum abad ke-14, Hari Valentine terutama ditujukan untuk menghormati seorang martir Kristen. Namun, pada Abad Pertengahan, khususnya di Inggris, Hari Valentine mulai dikaitkan dengan gagasan romansa.

Penyair Inggris Geoffrey Chaucer, yang hidup pada periode cinta istana, dianggap sebagai orang yang pertama kali menghubungkan Hari Valentine dengan perasaan romantis.

Dalam puisinya yang terkenal sekitar tahun 1382, The Parliament of Fowls, Chaucer menggambarkan burung-burung berkumpul pada Hari Valentine untuk memilih pasangan mereka. Dewi Alam dalam puisi tersebut menyatakan:

"Kau tahu bahwa pada Hari Valentine / Berdasarkan ketetapanku dan melalui pemerintahanku / Kau datang untuk memilih — dan kemudian terbang dengan caramu — / Pasanganmu, saat aku meningkatkan hasratmu."

Sejak saat itu, Hari Valentine dipandang sebagai hari untuk merayakan cinta romantis, dan gagasan ini semakin berkembang seiring waktu. Hari Valentine pun menjadi hari yang penuh makna bagi pasangan kekasih di seluruh dunia.

Tradisi Bertukar Kartu Cinta di Hari Valentine

Surat cinta sendiri sudah ada sejak lama. Jika legenda Santo Valentine benar, suratnya kepada putri sipir penjara mungkin termasuk sebagai valentine pertama.

Namun, para sejarawan menyebutkan bahwa valentine seperti yang kita kenal saat ini mulai muncul di Eropa dan Amerika Serikat pada abad ke-17. Valentine pada masa itu terinspirasi oleh tradisi Jerman dalam bertukar Freundschaftskarten atau kartu persahabatan.

Valentine awal ini dibuat dengan tangan, sering kali sangat rumit dengan tambahan renda dan pita, dan diisi dengan pesan-pesan sentimental. Seiring berjalannya waktu, terutama dengan perkembangan teknologi percetakan dan sistem pos, kartu Valentine mulai diproduksi secara massal, dan perayaan ini berkembang menjadi industri yang besar.

Saat ini, menurut Hallmark, sekitar 145 juta kartu Valentine terjual setiap tahun, belum termasuk kotak-kotak berisi kartu yang sering digunakan di sekolah-sekolah.

Hari Valentine Menjadi Perayaan Global

Perayaan Hari Valentine yang dimulai di Eropa kini telah meluas ke seluruh dunia. Di berbagai negara, Hari Valentine tidak hanya dirayakan oleh pasangan kekasih, tetapi juga oleh teman, keluarga, dan orang-orang yang ingin mengekspresikan kasih sayang mereka. Di beberapa negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, tradisi memberikan cokelat kepada orang-orang terdekat bahkan telah berkembang menjadi fenomena budaya yang besar.

Perayaan Hari Valentine juga berkembang dalam berbagai bentuk, baik yang bersifat komersial maupun personal. Toko-toko dan restoran menawarkan berbagai promo khusus, sementara orang-orang juga mulai mengadakan acara atau aktivitas spesial untuk merayakan momen ini. Meski ada kritik terhadap komersialisasi Hari Valentine, perayaan ini tetap menjadi momen penting untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada orang-orang terdekat.

Hari Valentine, yang dimulai sebagai perayaan Kristen dan Romawi kuno, telah berevolusi menjadi perayaan yang melampaui batasan agama dan budaya. Dari kisah Santo Valentine hingga festival Lupercalia, perayaan ini mengajarkan kita tentang pentingnya cinta dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, Hari Valentine bukan hanya sekadar tradisi, melainkan juga momen global untuk merayakan hubungan dan mempererat ikatan dengan orang-orang yang kita cintai.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More