SuaraJawaTengah.id - Syekh Siti Jenar adalah salah satu ulama yang paling kontroversial dalam sejarah Islam di Nusantara, terutama pada era Wali Songo.
Namanya kerap dikaitkan dengan ajaran yang berbeda dari para wali lainnya, sehingga ia dianggap menyimpang dan bahkan dihukum mati. Namun, kisahnya tetap menjadi legenda yang mengundang perdebatan hingga saat ini.
Asal-Usul Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar diyakini berasal dari Persia atau Gujarat, meskipun ada juga yang meyakini bahwa ia adalah seorang putra Jawa yang belajar Islam di luar negeri sebelum kembali ke tanah air.
Baca Juga: Di Tengah Isu Efisiensi, Astra Daihatsu Optimis Capai Target Penjualan di Jateng
Ia dikenal memiliki pemahaman yang mendalam tentang tasawuf dan ajaran spiritual. Salah satu konsep yang ia ajarkan adalah "manunggaling kawula gusti," yang dalam pandangan para wali saat itu dianggap menyesatkan karena menyamakan manusia dengan Tuhan.
Pemahaman ini membuatnya berbeda dari Wali Songo yang lebih menekankan ajaran Islam yang sejalan dengan syariat dan budaya Jawa.
Syekh Siti Jenar memiliki pendekatan dakwah yang lebih langsung dan tidak bertahap seperti Wali Songo. Ia menekankan kesadaran hakikat dan esensi spiritual, di mana manusia tidak perlu menjalankan syariat secara ketat, melainkan lebih memahami keberadaan Tuhan dalam dirinya.
Perbedaan Dakwah dan Pertentangan dengan Wali Songo
Jika Wali Songo menggunakan pendekatan bertahap dalam Islamisasi masyarakat Jawa, Syekh Siti Jenar lebih menekankan pada pemahaman langsung tentang Tuhan. Hal ini membuat ajarannya menarik bagi kalangan tertentu, terutama masyarakat bawah, yang merasa lebih bebas dalam menjalankan keyakinannya tanpa keterikatan ketat pada aturan agama.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Enam Kabupaten di Jawa Tengah Siaga Hujan Lebat, Warga Diminta Waspada
Namun, pendekatan ini juga menimbulkan kecaman dari otoritas agama saat itu. Para wali khawatir bahwa ajarannya dapat mengacaukan tatanan sosial dan menghambat penyebaran Islam yang moderat. Selain itu, ajarannya dianggap bisa melemahkan kekuasaan kerajaan Islam yang sedang berkembang. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai ancaman dan akhirnya diadili.
Berita Terkait
-
Pangkas Ketimpangan Pembangunan, Ahmad Luthfi Upayakan Tarik Investor ke Jateng Bagian Selatan
-
Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling, Warga Bisa Periksa Kesehatan Gratis di Balai Desa
-
SERASA Jenang Ayu: Kisah Irawati dan Kelezatan Tradisional yang Tak Lekang Waktu
-
Ribuan Karyawan Sritex Kena PHK, Ahmad Luthfi Siapkan Latihan Kerja
-
Potret Prabowo Ditemani SBY dan Jokowi Pimpin Langsung Upacara Parade Senja di Retreat Kepala Daerah
Tag
Terpopuler
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- Dukung Penyidik Tahan Nikita Mirzani, Pakar Justru Heran dengan Dokter Reza Gladys: Kok Bisa...
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
- Media Asing Soroti Pernyataan Maarten Paes Soal Kualitas Emil Audero
Pilihan
-
Harga Kripto PI Network Naik Signifikan dalam 24 Jam, Ini Prospeknya
-
Bojan Hodak Tinggalkan Persib Bandung
-
Catatkan Rekor MURI, Ini Cerita Buka Puasa Bersama Terpanjang di Solo
-
Baru 2 Bulan, Penjualan Denza D9 Sudah Kalahkan Alphard di Indonesia
-
Saham BJBR Anjlok, Aksi Jual Marak Usai Dirut dan Corsec Terjerat Korupsi Dana Iklan Bank BJB
Terkini
-
Waspada! Gelombang Tinggi Ancam Perairan Selatan Jateng, Nelayan dan Wisatawan Diminta Berhati-hati
-
Manunggaling Kawula Gusti: Ajaran Syekh Siti Jenar Sempat Lebih Populer dari Wali Songo
-
Jelang Duel Krusial Lawan Madura United, PSIS Semarang Umumkan Harga Tiket!
-
Pacu Kuantitas Ekspor, Ahmad Luthfi Upayakan Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas
-
Skema One Way di Tol Semarang, Antisipasi Lonjakan Pemudik Lebaran 2025