Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 18 Maret 2025 | 17:13 WIB
Ibu dan anak, Estri Nuryaningsih dan Benediktus Ruben Valencia Putra mengikrarkan syahadat di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) An-Nuur Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi].

SuaraJawaTengah.id - Hujan akhirnya tumpah di atas Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) An-Nuur Magelang. Menyambut kembalinya seorang muslim dalam pelukan Islam.

Ramadan tahun ini mungkin yang paling indah bagi Estri Nuryaningsih dan putranya Benediktus Ruben Valencia Putra. Keduanya mengucap syahadat ditengah bulan suci.

Dengan suara bergetar menahan tangis, Estri membacakan ikrar masuk Islam. “Saya mau nangis. Gemetar. Deg-degan teringat dosa-dosa saya. Waktu baca pernyataan itu perasaan saya nggak bisa dipendam.”

Estri yang saat ini menginjak usia 38 tahun, lahir dan dibesarkan dalam keluarga Islam. Saat menikah, dia memutuskan memeluk agama Katolik mengikuti keyakinan suaminya.  

Baca Juga: Hari Pertama Retreat Kepala Daerah Full Belajar di Kelas, Peserta Sakit dapat Dispensasi

“Dulu saya Islam. Pernikahan saja (alasan dulu memeluk Katolik). Sekarang kayak ginilah. Sampai tersentuh (agama Islam). Banyaklah liku-likunya seperti itu,” kata Estri usai mengucapkan syahadat.

Keluarga Beda Agama

Estri dikarunia 4 anak. Hanya putra pertamanya, Ruben Valencia Putra yang saat ini berusia 17 tahun, ikut memeluk Katolik. “Yang 3 memang saya Islam-kan dari lahir. Hanya yang besar ini (tetap memeluk Katolik).”

Masalah perbedaan agama dalam satu keluarga, menjadi salah satu alasan Estri memilih kembali memeluk Islam. Saat Natal misalnya, Estri dan Ruben terpaksa sembunyi-sembunyi pergi mengikuti misa di gereja.

Saat Ramadhan, dia juga tidak bisa mendampingi ketiga anaknya yang lain menjalani ibadah puasa. “Sehari-hari kan beda. Kayak kontra begitu. Tadi anak saya sudah bilang ‘nanti kita bisa salat bareng ya bu’. Sudah bahagia.”

Baca Juga: Ahmad Luthfi Siap Ikuti Rangkaian Retret di Akmil Magelang

Panggilan Hati

Bagi Estri, anak-anak memiliki andil besar dalam membulatkan tekadnya untuk kembali memeluk Islam. Dorongan paling kuat untuk menjadi mualaf justru datang dari Ruben.     

Keluarga Estri tinggal di Tegalrejo yang kebanyakan muslim. Ruben bahkan sudah sering ikut-ikutan salat tarawih bersama teman-temannya.

Sudah sejak lama Estri punya keinginan untuk kembali mengikrarkan syahadat. Tapi entah mengapa keinginan itu seperti tersendat.

“Tidak ada rencana. Tiba-tiba anak saya (Ruben) juga tersentuh. ‘Ayo bu’. Tumben-tumbenan begitu. Dari dulu kan masih selisih ya. Sudah lama sebenarnya, hanya baru kali ini Allah bukakan.”

Estri mengaku menghargai pilihan orang untuk memeluk agama masing-masing. Rasa toleransi itu yang dipegang oleh keluarganya sehingga tetap bisa akur meski berbeda keyakinan.

“Hanya kok kayak ada ketakutan gitu lho. Besok ending-nya saya itu kayak gimana? Ketakutan dalam hati itu besok di sananya. Kemarin seperti masih ragu. Ya agama itu semua baik-baik kan. Nggak ada hal-hal lain.”

Mencari Hidayah

Menurut Ketua Badan Pelaksana MAJT An-Nuur, Asfuri Muhsis, tidak ada paksaan dalam agama. Pilihan Estri Nuryaningsih untuk kembali memeluk Islam dan putranya Benediktus Ruben Valencia Putra untuk menjadi mualaf, harus dihormati.  

Pilihan keduanya untuk mengikrarkan syahadat di Masjid Agung datang dari keinginan sendiri.

“Datang kesini menyampaikan niat sangat tulus untuk masuk agama Islam. Tentu atas kehendak dan niat sendiri. Jadi kita hormati. Kita hargai itu hak pribadi seseorang, tentu kami terima dengan baik.”

Masjid selain digunakan untuk kegiatan ubudiyah yang bersifat penghambaan diri kepada Allah, juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan muamalah. Sehingga masjid terbuka untuk membangun hubungan antar manusia.

“Terlebih masjid terbuka untuk umum. Termasuk untuk mualaf. Jadi siapapun yang ingin, tentu kami fasilitasi di MAJT An-Nuur.”

Mualaf Pertama MAJT An-Nuur

Estri Nuryaningsih dan Benediktus Ruben Valencia Putra adalah mualaf pertama yang mengikrarkan syahadat di Masjid Agung Jawa Tengah An-Nuur, sejak dibuka Oktober tahun lalu.

Prosesi syahadat keduanya semakin istimewa karena hanya selang sehari dari perayaan Nuzulul Qur’an tanggal 17 Ramadhan.

“Kebetulan bulan Ramadhan dan kebetulan lagi Nuzulul Quran. Ini hidayah untuk keduanya. Jarang ada kesempatan yang tepat pada hari ini. Semoga mereka mendapatkan hidayah dari Allah. Itu kan (ikhtiar) mencari kebenaran pada agama.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More