Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 07 April 2025 | 09:28 WIB
Ilustrasi penamaan bulan syawal. [ChatGPT]

Mengapa? Karena Syawal berdekatan dengan tiga bulan haram dalam Islam yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan-bulan ini disebut haram karena diharamkan untuk berperang dan melakukan kekerasan.

Maka, Syawal menjadi semacam waktu transisi menuju periode damai, ketika konflik ditangguhkan dan masyarakat lebih banyak memusatkan diri pada aktivitas keagamaan, perdagangan, dan kehidupan sosial yang tenang.

Syawal dalam Sejarah Islam

Ketika Islam datang, bulan Syawal tidak hanya dipertahankan dalam kalender Hijriah, tetapi juga mendapat makna baru dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Hujan dan Angin Kencang di Jawa Tengah, Warga Diminta Waspada

Salah satu peristiwa besar yang terjadi di bulan ini adalah Perang Uhud—sebuah pertempuran penting yang terjadi pada 15 Syawal tahun ke-3 Hijriah, bertepatan dengan 31 Maret 625 Masehi.

Meskipun secara militer Perang Uhud bukan kemenangan bagi kaum Muslimin, namun secara spiritual menjadi pelajaran besar. Banyak sahabat yang gugur sebagai syuhada, dan umat Islam belajar bahwa kemenangan sejati tidak hanya diukur dari hasil di medan perang, tapi dari keteguhan iman dan kesabaran dalam ujian.

Momentum ini menjadikan Syawal bukan hanya sebagai bulan penuh suka cita pasca-Ramadhan, tetapi juga sebagai waktu untuk refleksi diri, memperkuat keimanan, dan membangun kembali semangat juang.

Versi Lain: Susu Unta dan Musim Panas

Sumber lain mengenai asal-usul nama Syawal datang dari Lisanul Arab, kamus rujukan klasik karya Ibnu Mandzur. Dalam kamus tersebut dijelaskan bahwa Syawal juga berkaitan dengan proses produksi susu unta.

Baca Juga: Arus Mudik Membludak, One Way di Tol Semarang-Bawen Diberlakukan Lagi

Setelah proses kawin dan masa pemeliharaan, unta betina menghasilkan susu. Namun karena musim panas yang sangat kering, terjadi penguapan yang menyebabkan susu menjadi lebih sedikit.

Load More