Budi Arista Romadhoni
Selasa, 29 April 2025 | 14:44 WIB
Ilustrasi hutan dengan pepohonan lebat dan tampak horor (Freepik/kjpargeter)

SuaraJawaTengah.id - Pekalongan, Jawa Tengah, dikenal sebagai kota batik dan kota santri. Namun di balik reputasinya yang religius dan kreatif, beberapa sudutnya menyimpan kisah mistis yang masih dibicarakan warga hingga kini.

Salah satunya datang dari kampung di pinggiran kota, tepat di perbatasan antara permukiman dan hutan kecil yang dikenal warga sebagai kawasan angker. 

Cerita Horor Kerasukan di Pekalongan ini diceritakan oleh Aru, seorang pria asal Kalideres, Jakarta Barat, yang sempat tinggal di kampung halamannya.

Setelah menikah pada tahun 2010, Aru memutuskan untuk pindah dari Banyumas ke kampungnya di Pekalongan bersama sang istri. Rumah yang mereka tinggali berada di ujung kampung, bersebelahan dengan kebun dan tak jauh dari sebuah pohon besar yang oleh warga sekitar disebut sebagai “candi.” Meski bukan bangunan batu seperti Candi Borobudur, pohon itu sudah dianggap keramat secara turun-temurun.

Suatu sore, Aru mengajak istrinya berjalan-jalan melewati kebun dan ladang. Saat itu mereka mampir ke lokasi pohon keramat. Istrinya, yang tak tahu-menahu tentang status pohon itu, sempat mengambil dan memegang sebuah sarang burung. 

“Saya bilang ke dia, ‘Taruh lagi, nanti induknya nyariin,’” cerita Aru dikutip dari kanal YouTube Badru Capslock yang dikutip pada Selasa (29/4/2025). 

Sarang itu akhirnya dikembalikan ke tempat semula, dan mereka pulang. Namun malamnya, setelah salat magrib, kondisi sang istri mulai memburuk. Tubuhnya demam tinggi, tak sadarkan diri, dan tak merespon saat dibangunkan. Aru sempat membawa obat, mengoleskan minyak, bahkan mengerik istrinya. Tapi panasnya tak turun.

Ketegangan meningkat saat sepupu Aru datang dan berkata, “Itu mah bukan sakit biasa, itu kemasukan.” Setelah mendengar cerita bahwa mereka sebelumnya mengunjungi pohon candi, keluarga mulai menyadari bahwa ini lebih dari sekadar masuk angin. Sang istri mulai menunjukkan tanda-tanda aneh—mata kosong, tidak mengenali orang di sekitarnya, dan berbicara dengan suara yang bukan miliknya.

“Begitu dia bangun, dia ngamuk. Suaranya bukan suara dia. Kayak suara ibu-ibu, kasar,” kenang Aru.

Baca Juga: Misteri Penumpang Ketiga dalam Ambulans di Alas Roban

Aru memanggil temannya dari kampung sebelah yang dikenal punya kemampuan spiritual. Dalam perjalanan mencari temannya, Aru mengaku sempat mengalami kejadian gaib yaitu jatuh dari sepeda dekat makam desa, merasa ditendang tak kasatmata, hingga bertemu orang asing di gerbang kuburan. Tapi semua ia abaikan karena pikirannya hanya tertuju pada keselamatan istrinya.

Setelah dibacakan doa dan diberikan air khusus, kondisi istrinya mulai membaik, namun masih belum pulih sepenuhnya. “Mukanya bukan muka istri saya, lebih cantik katanya teman saya, kayak ratu,” cerita Aru. Teman spiritualnya mengatakan bahwa istri Aru hampir dijadikan “anak” oleh penghuni pohon candi itu yakni makhluk gaib perempuan yang tertarik padanya.

Selama beberapa hari, keluarga Aru menjaga istri siang malam. Sang istri sempat mencoba berjalan ke arah pohon tersebut sendirian, seperti ditarik oleh sesuatu. Ia juga sempat tertawa seperti kuda saat bercermin, menunjukkan bahwa sosok gaib itu masih menguasai pikirannya.

Setelah ritual pembersihan dan penanaman pagar gaib di sekitar rumah, gangguan itu perlahan mereda. Namun pengalaman ini meninggalkan trauma mendalam bagi Aru dan keluarganya. “Saya ngelihat langsung. Saya tahu itu bukan halusinasi. Apalagi istri saya juga ngerasa habis tidur, padahal selama itu dia kesurupan,” ucapnya.

Kisah ini menjadi pelajaran besar bagi Aru: bahwa tempat keramat bukan untuk main-main, terutama bagi orang luar yang tidak memahami adat dan tradisi lokal. Hingga kini, pohon candi itu masih berdiri, meski sebagian daunnya.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More