Beberapa teman dekat kemudian tertarik dengan metode belajar yang diterapkan. Mereka meminta Saras Dona membuka kelas kecil-kecilan dan mentipkan anak mereka untuk ikut belajar.
Sekolah Perintis Peradaban tidak sembarangan menerima siswa. Seleksi sangat ketat terutama soal latar belakang orang tua calon siswa, menjadi pertimbangan utama.
Pada metode belajar Montessori dikenal istilah “Holy Trinity” yang menempatkan anak, orang dewasa, dan lingkungan sebagai faktor penentu pendidikan.
“Semuanya harus terkoneksi satu sama lainnya. Salah satu pincang misalnya, yang lain akan pincang karena hubungannya tidak boleh terputus disitu.”
Pada tahap seleksi, Saras Dona dibantu suaminya melakukan wawancara kepada calon orang tua siswa. Hanya orang tua yang sepakat dengan metode serta tujuan sekolah yang anaknya diterima menjadi siswa.
Orang tua harus memiliki kesadaran memandang dirinya sebagai orang dewasa yang nantinya menjadi fasilitator belajar di rumah. Pendidikan di rumah tidak boleh menempatkan orang tua sebagai tukang mengatur dan memerintah.
“Yang diseleksi orang tuanya, bukan anaknya. Mereka bisa sejalan apa tidak? Karena visi kami jelas. Supaya anak itu bahagia jiwanya, sehat raganya.”
Selain seleksi yang ketat, Sekolah Perintis Peradaban juga membatasi jumlah siswa saat ini hanya 13 anak. Pembatasan ini terkait jumlah pengajar yang masing-masing hanya maksimal mendampingi 4 anak.
Ilmu dari Konkret ke Abstrak
Baca Juga: Perjalanan Terakhir Murdaya Poo: Dikremasi Secara Tradisional di Pelataran Borobudur
Berbeda dengan konsep belajar di sekolah konvensional, metode Montessori berangkat dari konsepsi ilmu secara konkret untuk memahami berbagai hal.
Siswa misalnya dikenalkan cara berhitung melalui objek belajar yang bisa dipegang, dilihat, bahkan dibaui. “Konsep Montessori itu belajarnya dari konkret ke abstrak. Cara belajar menggunakan indera mereka. Semua indera harus terlibat.”
Ini berbeda dengan metode belajar klasikal yang mengenalkan cara berhitung melalui rumus-rumus yang abstrak.
Ruang belajar di Sekolah Perintis Peradaban misalnya, penuh alat permainan untuk sarana belajar. Perangkat permainan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa.
Tidak hanya di dalam ruangan, fasilitas seperti bak pasir dan perosotan juga diperuntukan sebagai sarana belajar di luar ruangan.
Metode belajar Montessori pertama kali dikenalkan oleh Maria Tecla Artemisia Montessori. Ibu kelahiran 31 Maret 1870 di Chiaravalle, Marche, Italia itu menekankan pendidikan pada kebebasan anak memilih aktivitas belajar sehingga menumbuhkan kemandirian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota