SuaraJawaTengah.id - Kabar mengenai adanya korban jiwa dalam aksi demonstrasi besar yang berujung ricuh di depan Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati, Rabu (13/8/2025), akhirnya terjawab.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah dengan tegas membantah isu yang beredar luas tersebut dan memastikan tidak ada korban meninggal dunia.
Angle berita ini menyoroti kontras antara hoaks yang memanaskan suasana dengan fakta yang diungkap aparat, sekaligus mengulas dampak politik serius dari kericuhan, yakni proses pemakzulan Bupati Sudewo oleh DPRD.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, memberikan klarifikasi setelah melakukan penelusuran menyeluruh ke berbagai rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Pati.
Penegasan ini sekaligus mementahkan desas-desus yang sempat menyebut dua warga sipil hingga seorang jurnalis meninggal dunia dalam insiden tersebut.
"Hasilnya tidak ada laporan korban meninggal dunia," kata Artanto saat dikonfirmasi pada Rabu sore (13/8/2025).
"Kami sudah mengonfirmasi dan menelusuri kabar yang menyebut ada masyarakat meninggal akibat aksi unjuk rasa ini. Hasil penelusuran hingga sore hari ini menyatakan nihil."
Meski membantah adanya korban tewas, Artanto membenarkan bahwa kericuhan tersebut menyebabkan puluhan orang mengalami luka-luka.
Data yang dihimpun kepolisian mencatat sebanyak 34 orang harus dilarikan ke RSUD RAA Soewondo Pati untuk mendapatkan perawatan medis.
Baca Juga: Kantor Kejaksaan Dijaga TNI, Kajati Jateng Wanti-wanti: Jangan Arogan dan Sulitkan Warga!
"Ada 34 orang yang dirawat di RS Soewondo Pati," tambahnya.
Dari jumlah tersebut, rinciannya terdiri dari 27 orang dari pihak massa aksi dan tujuh orang anggota kepolisian yang bertugas mengamankan jalannya demonstrasi.
Menurut Artanto, sebagian besar korban dari kalangan demonstran mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata yang ditembakkan aparat untuk membubarkan massa yang mulai anarkis.
"Para peserta aksi yang sebagian besar mengalami sesak nafas karena menghirup gas air mata itu sudah diizinkan pulang," jelasnya.
Sementara itu, korban dari pihak kepolisian dilaporkan mengalami luka-luka akibat lemparan benda keras. "Ada sekitar tujuh polisi, kemungkinan juga bisa bertambah," katanya.
Aksi yang awalnya menuntut pembatalan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen ini meluas menjadi desakan pelengseran Bupati Pati, Sudewo.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025
-
7 Jalur Trek Lari di Purwokerto, Syahdyu untuk Melepas Penat dan Menjaga Kebugaran