Budi Arista Romadhoni
Kamis, 16 Oktober 2025 | 06:49 WIB
Ilustrasi kapal Jung Jawa. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Kapal Jung Jawa, raksasa dari kayu jati, buktikan kejayaan dan kecanggihan maritim bangsa Jawa.
  • Catatan sejarah dan genetika tunjukkan pelaut Nusantara sudah jelajahi samudra hingga Afrika.
  • Jung Jawa jadi simbol kejayaan maritim Indonesia yang pernah disegani dunia dan perlu dihidupkan lagi.

Pelaut Jawa dikenal sebagai perintis seni navigasi. Mereka mampu membaca arah angin, posisi bintang, dan arus laut dengan akurat tanpa bantuan kompas modern.

Keahlian ini menjadi bukti bahwa Nusantara pernah menjadi bangsa pelaut yang unggul dalam teknologi dan strategi pelayaran.

3. Jejak Sejarah dalam Prasasti dan Sastra

Istilah “Jung” sudah tercatat dalam prasasti Sembiran di Bali pada tahun 1065 Masehi. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa para saudagar datang ke pelabuhan Manasa menggunakan kapal Jung dan Bahitra.

Bukti lain muncul dalam sastra Jawa kuno Kakawin Bomantaka dari akhir abad ke-12.

Bahkan para pelancong dunia seperti Odorico, John de Marignolli, dan Ibnu Battuta pada abad ke-14 juga mencatat keberadaan kapal besar dari Jawa dalam perjalanan mereka ke Nusantara.

Astronom Yunani Claudius Ptolemaeus pun menyebut kapal dari wilayah Sumatera dan Jawa dengan istilah Colandia Ponta, yang berarti kapal besar dari Timur.

Semua catatan ini menegaskan bahwa Jong Jawa benar-benar eksis dan diakui oleh bangsa-bangsa dunia.

4. Desain dan Teknologi Kapal yang Unik

Baca Juga: Demi Good Governance, Gubernur Jateng Izinkan BPK 'Obok-Obok' 7 Sektor Vital

Jong Jawa dibuat dengan teknik yang sangat canggih untuk ukuran zamannya. Kapal ini dibangun tanpa menggunakan paku besi. Setiap papan kapal disambung dengan sistem kayu pasak yang kokoh.

Lambungnya terdiri dari empat lapis papan jati yang tebal, menjadikannya kapal yang tahan peluru meriam sekalipun.

Layar kapalnya dibuat dari anyaman bambu dan tikar tenun, teknologi yang kemudian ditiru oleh pelaut Tiongkok setelah mempelajarinya dari para pelaut Austronesia.

Jenis layar lain yang digunakan adalah layar tanja, layar segi empat yang memungkinkan kapal berlayar melawan arah angin. Dengan sistem ini, kapal Jong Jawa mampu berlayar jauh hingga Laut Cina Selatan, Teluk Benggala, bahkan sampai ke pantai barat Afrika.

Duarte Barbosa, penjelajah Portugis, mencatat bahwa kapal Jawa berbeda dari kapal Eropa karena terbuat dari kayu tebal dan diperbaiki dengan cara menumpuk papan baru di atas papan lama. Karena itu, kapal Jawa bisa bertahan sangat lama di laut tanpa cepat rusak.

5. Pusat Produksi Kapal dan Masa Kejayaan Maritim Jawa

Load More