Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 07:44 WIB
Ilustrasi organisasi Jong Java. [ChatGPT ]
Baca 10 detik
  • Tri Koro Dharmo, cikal bakal Jong Java, lahir 1915 menanamkan nilai Sakti, Budi, dan Bakti bagi pemuda.
  • Jong Java memperluas semangat persatuan lewat pendidikan dan kebudayaan tanpa terjun ke politik.
  • Warisan Jong Java hidup hingga kini, menegaskan peran pemuda sebagai penggerak persatuan bangsa.
 

SuaraJawaTengah.id - Menjelang Hari Sumpah Pemuda 2025, refleksi atas perjalanan panjang pemuda Indonesia kembali terasa relevan.

Sejarah mencatat bahwa semangat persatuan dan kebangsaan tidak lahir begitu saja, melainkan tumbuh dari berbagai organisasi pemuda yang tersebar di tanah air.

Salah satu yang paling berpengaruh dan menjadi tonggak awal kebangkitan nasional adalah Tri Koro Dharmo, yang kemudian dikenal sebagai Jong Java.

Organisasi ini menjadi wadah bagi generasi muda Hindia Belanda untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, menghidupkan kebudayaan lokal, dan memperkuat semangat kebangsaan.

Menjelang peringatan Sumpah Pemuda, ada baiknya kita kembali mengenang kiprah mereka melalui lima fakta menarik berikut.

1. Didirikan oleh Tiga Tokoh Pemuda Pionir

Tri Koro Dharmo didirikan pada 7 Maret 1915 di Jakarta oleh tiga pemuda terpelajar yaitu Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sudarno.

Mereka bertekad membentuk wadah pembinaan dan pelatihan bagi pemuda agar memiliki semangat nasionalisme serta karakter kuat untuk membangun bangsa.

Struktur awal organisasi ini menunjukkan keseriusan mereka dalam menggerakkan perubahan. Satiman Wiryosanjoyo menjadi ketua, Wongsonegoro menjabat wakil ketua, Sutomo sebagai sekretaris, dan Muslih, Musodo, serta Abdurrahman menjadi anggota aktif.

Baca Juga: 4 Link DANA Kaget, Raih Saldo Gratis Hingga Rp230 Ribu Hari Ini

Dari sinilah lahir cikal bakal gerakan pemuda yang kelak menginspirasi banyak organisasi lain di seluruh nusantara.

2. Mengusung Tiga Nilai Utama: Sakti, Budi, dan Bakti

Nama Tri Koro Dharmo berarti “Tiga Tujuan Mulia”, yakni Sakti, Budi, dan Bakti.

a. Sakti melambangkan kekuatan jasmani dan rohani.

b. Budi berarti kebijaksanaan dan akhlak mulia.

c. Bakti mencerminkan pengabdian kepada bangsa dan tanah air.

Tiga nilai ini tidak hanya menjadi semboyan, tetapi juga pedoman hidup para anggotanya. Di tengah penjajahan dan ketimpangan sosial kala itu, Tri Koro Dharmo menanamkan semangat perjuangan melalui pendidikan dan pengembangan karakter. Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi semangat persatuan di kalangan pemuda Indonesia.

3. Berganti Nama Menjadi Jong Java untuk Merangkul Lebih Banyak Pemuda

Dalam Kongres pertama yang digelar pada 12 Juni 1918 di Surakarta, Tri Koro Dharmo memutuskan untuk berganti nama menjadi Jong Java.

Tujuan perubahan ini adalah agar organisasi tidak hanya diikuti oleh pemuda Jawa, tetapi juga merangkul pemuda dari Sunda, Madura, dan Bali.

Nama baru ini mencerminkan semangat inklusif dan nasionalis yang mulai tumbuh di kalangan generasi muda.

Jong Java menjadi wadah pemersatu berbagai daerah di Pulau Jawa, menghapus sekat kesukuan, dan memperkuat kesadaran akan pentingnya persatuan bangsa. Semangat inilah yang kemudian menjadi benih bagi lahirnya Sumpah Pemuda satu dekade kemudian.

4. Kongres-Kongres yang Menumbuhkan Kesadaran Nasional

Setelah berganti nama, Jong Java aktif mengadakan kongres setiap tahun di berbagai kota besar.

a. Kongres kedua (1919) di Yogyakarta membahas milisi nasional, bahasa Jawa yang lebih demokratis, perguruan tinggi, peran wanita Sunda, serta sejarah Tanah Sunda.

b. Kongres ketiga (1920) di Solo dan kongres keempat (1921) di Bandung menegaskan cita-cita “Jawa Raya”, yaitu memperkuat kerja sama antar daerah dan memupuk semangat persatuan bangsa.

c. Kongres kelima (1922) di Solo menegaskan bahwa Jong Java tidak akan terjun ke politik. Para anggotanya dilarang bergabung dengan partai politik agar organisasi tetap fokus pada kegiatan sosial, pendidikan, dan kebudayaan.

Dari rangkaian kongres tersebut, Jong Java berperan besar dalam memperluas kesadaran nasional di kalangan pemuda. Mereka menanamkan nilai bahwa perjuangan bangsa tidak selalu harus bersenjata, melainkan bisa dimulai dari pendidikan dan penguatan budaya.

5. Fokus pada Pendidikan, Kebudayaan, dan Persatuan Bangsa

Jong Java tidak menempuh jalur politik, tetapi perjuangannya nyata melalui kegiatan sosial dan kebudayaan. Mereka aktif memberantas buta huruf, mengadakan kegiatan seni dan sastra, serta membangun kesadaran pendidikan di kalangan pemuda.

Banyak anggotanya kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Semangat Jong Java menginspirasi berdirinya organisasi pemuda lain seperti Jong Sumatra Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes. Semua organisasi ini akhirnya bersatu dalam Kongres Pemuda 1928, yang melahirkan ikrar monumental Sumpah Pemuda.

Tanpa kesadaran awal yang ditanamkan oleh Jong Java, mungkin semangat persatuan bangsa tidak akan tumbuh secepat itu. Mereka menunjukkan bahwa cinta tanah air dapat ditanamkan melalui kebudayaan, pendidikan, dan pengabdian, bukan hanya melalui perjuangan politik.

Kini, seratus sepuluh tahun setelah berdirinya Tri Koro Dharmo, semangatnya masih hidup dalam setiap generasi muda Indonesia. Nilai Sakti, Budi, dan Bakti tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman modern yang sarat perubahan dan distraksi.

Menjelang Hari Sumpah Pemuda 2025, penting bagi generasi muda untuk mengingat bahwa persatuan tidak lahir dalam ruang kosong. Ia tumbuh dari kesadaran, kejujuran, dan cinta tanah air seperti yang dicontohkan oleh para pemuda Jong Java.

Mereka adalah bukti bahwa pemuda Indonesia, sejak dahulu hingga kini, memiliki kekuatan untuk membawa perubahan besar. Semangat itu perlu terus dihidupkan, bukan hanya sebagai kenangan sejarah, tetapi sebagai panggilan untuk berkontribusi nyata bagi bangsa.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More