- Meski kata “merdeka” dilarang, para pemuda 1928 tetap menyuarakan semangat persatuan dan kebebasan.
- Lagu Indonesia Raya pertama kali dimainkan dengan biola tanpa lirik oleh W.R. Supratman di Kongres Pemuda II.
- Sumpah Pemuda lahir tanpa judul resmi, namun isinya menyatukan bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
Puncaknya, rapat terakhir pada 28 Oktober berlangsung di Jalan Kramat Raya 106, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. Di sinilah naskah ikrar bersejarah itu dibacakan di tengah suasana penuh semangat dan kewaspadaan.
5. Bahasa Belanda Masih Mendominasi Forum
Pada masa itu, bahasa Belanda masih digunakan dalam banyak forum resmi. Sebagian besar pidato dan notulen kongres ditulis dalam bahasa Belanda, termasuk pidato dari Siti Sundari.
Namun, Muhammad Yamin yang bertugas sebagai sekretaris sidang menerjemahkan isi pembicaraan ke dalam bahasa Melayu. Tindakan ini menandai awal kebangkitan bahasa persatuan yang kemudian diresmikan sebagai Bahasa Indonesia.
6. Awal Mula Peci Jadi Simbol Pergerakan Nasional
Dalam suasana kongres, banyak peserta mengenakan peci seperti yang sering dipakai Bung Karno. Karena sulit didapat di Hindia Belanda, sebagian peserta menggunting pinggiran topi Eropa mereka agar menyerupai peci. Aksi sederhana ini menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan terhadap identitas bangsa sendiri. Sejak saat itu, peci menjadi ciri khas nasionalisme dan perjuangan rakyat Indonesia.
7. Perempuan Juga Turut Berperan Aktif
Kongres Pemuda II bukan hanya dihadiri oleh laki-laki, tetapi juga enam tokoh perempuan yang ikut menyuarakan semangat perjuangan. Tiga di antaranya bahkan tampil berpidato, yaitu Siti Sundari, Yohana Tumbuhan, dan Emma Pura Dirija.
Mereka membahas isu pendidikan dan kemajuan perempuan Indonesia. Kehadiran mereka membuktikan bahwa perjuangan kebangsaan sejak awal juga melibatkan perempuan yang berani berpikir maju dan beraksi nyata.
Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan Tentang Lontong, Si Legenda Kuliner Nusantara!
Kongres Pemuda II adalah bukti bahwa semangat kemerdekaan tidak bisa dibungkam, bahkan ketika kata “merdeka” dilarang diucapkan. Di tengah tekanan kolonial, para pemuda dengan kecerdasan dan keberanian merumuskan cita-cita besar untuk menyatukan bangsa.
Kini, hampir seabad kemudian, semangat itu tetap relevan. Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa kemerdekaan lahir dari keberanian berpikir, tekad untuk bersatu, dan keyakinan bahwa Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan