- DPRD Jateng mendorong AI sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas dan kinerja jurnalis.
- Model bisnis media terancam karena pengiklan beralih ke platform non-berita seperti media sosial.
- Pakar prediksi AI kuasai 70% informasi, memicu tsunami hoaks dan menantang peran media.
SuaraJawaTengah.id - Era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menghadirkan dua sisi mata uang bagi dunia jurnalistik.
Di satu sisi, AI diharapkan mampu menjadi penunjang kinerja untuk mendukung transparansi publik, namun di sisi lain, ancaman terhadap keberlangsungan bisnis media dan ledakan informasi palsu (hoaks) semakin nyata.
Harapan besar datang dari legislatif. Ketua DPRD Jawa Tengah, Sumanto, menyatakan bahwa AI bukanlah pengganti manusia, melainkan sebuah alat bantu yang dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas kerja para jurnalis.
Hal ini diyakini akan berdampak positif pada fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan.
"Kualitas pemberitaan yang berimbang dan obyektif akan membantu kinerja legislatif," ujar Sumanto dalam sambutannya yang dibacakan oleh anggota Komisi A DPRD Jateng, Tietha Ernawati Suwarto, dalam Focus Group Discussion (FGD) Sustainability Media di Era Digital, yang merupakan kerja sama antara wartawan dan DPRD Jawa Tengah di Dreamlight World Media, Semarang, Rabu (29/10/2025).
Menurutnya, pemanfaatan AI secara bijak akan sangat membantu kerja-kerja jurnalistik di lapangan. “Dengan adanya AI diharapkan membantu kinerja wartawan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Tietha Ernawati Suwarto menambahkan bahwa AI harus dipandang sebagai bagian dari ekosistem media modern yang menjadi jalan bantu dan harus digunakan secara bijak.
*Ancaman Serius di Balik Euforia AI*
Namun, di tengah optimisme tersebut, CEO Tempo Digital Media, Anak Agung Gde Bagus, memaparkan gambaran yang lebih suram. Menurutnya, model bisnis media berita konvensional kini berada di ujung tanduk.
Baca Juga: Rahasia Sedulur Papat Lima Pancer, Filsafat Kejawen untuk Menarik Rezeki Dunia!
Porsi belanja iklan tidak lagi mengalir deras ke platform berita, melainkan beralih ke media yang kontennya dapat menyatu dengan produk yang diiklankan.
“Media berita tidak bisa dikelola dengan cara begitu, mencampurkan iklan dengan konten,” ujarnya.
Ini karena media berita memiliki "garis api" yang secara etis memisahkan antara ruang redaksi dengan kepentingan komersial.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh para kreator konten di platform media sosial yang tidak tunduk pada aturan etis tersebut. Akibatnya, kue iklan direbut oleh mereka.
“Sekarang tren-nya pengiklan lebih memilih media non-berita, seperti Shopee, instagram, facebook,” kata Gde Bagus.
Ancaman tidak berhenti pada sisi bisnis. Gde Bagus mengungkapkan hasil riset yang memprediksi bahwa dalam setahun ke depan, AI akan menguasai hingga 70 persen arus informasi. Ini adalah sebuah alarm bahaya yang sangat serius.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik
-
Ini Deretan Kesiapan Tol Semarang-Solo Sambut Lonjakan Pengguna Jalan Akhir Tahun
-
UMKM Malessa Tumbuh Pesat, Serap Tenaga Kerja dan Perluas Pasar
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya