- TPT Jawa Tengah turun jadi 4,66%, menandakan perbaikan ekonomi meski tantangan masih ada.
- Pengangguran tertinggi terjadi di Brebes (8,07%), terendah di Wonogiri (2,16%), gap masih besar.
- Lulusan SMK jadi pengangguran tertinggi (9,20%), menandakan ketidaksesuaian dengan industri.
SuaraJawaTengah.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah baru-baru ini merilis data yang cukup melegakan sekaligus memprihatinkan.
Per Agustus 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di provinsi ini menunjukkan penurunan sebesar 0,12 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 4,66 persen.
Penurunan ini tentu menjadi angin segar di tengah tantangan ekonomi yang terus bergulir. Pelaksana Tugas Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih, menjelaskan bahwa "Angka tersebut berarti dari 100 angkatan kerja, terdapat sekitar lima orang pengangguran."
Meskipun ada penurunan secara umum, data BPS juga menyoroti beberapa fakta menarik yang perlu menjadi perhatian serius. Total penduduk usia kerja di Jawa Tengah mencapai 30,04 juta orang, bertambah 0,32 juta orang dibandingkan Agustus 2024.
Dari jumlah tersebut, angkatan kerja tercatat sebanyak 22,34 juta orang, naik 0,43 juta orang dari Agustus 2024. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,62 persen poin menjadi 74,36 persen.
Ini mengindikasikan semakin banyak penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi.
Penduduk yang bekerja pada Agustus 2025 sebanyak 21,30 juta orang, naik 0,43 juta orang dari Agustus 2024.
Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebanyak 0,21 juta orang.
Sektor ini menyerap tenaga kerja paling banyak, yaitu 26,01 persen, diikuti Industri Pengolahan (20,98 persen) dan Perdagangan Besar dan Eceran (17,99 persen).
Baca Juga: Gubernur Luthfi dan Khofifah Satukan Kekuatan: Era Baru Ekonomi Jawa Tengah & Jawa Timur
Sementara itu, lapangan usaha yang mengalami penurunan terbesar adalah Pengangkutan dan Pergudangan (0,05 juta orang) serta Aktivitas Keuangan dan Asuransi (0,03 juta orang).
Salah satu temuan yang paling mencolok adalah perbedaan tingkat pengangguran antara wilayah perkotaan dan perdesaan.
Pengangguran di perkotaan tercatat sebesar 5,03 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang mencapai 4,17 persen.
Meskipun TPT perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan masing-masing 0,16 persen poin dan 0,12 persen poin dibandingkan Agustus 2024, kesenjangan ini tetap ada.
Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun kota-kota besar seringkali dianggap sebagai pusat ekonomi, persaingan kerja dan ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan kualifikasi pencari kerja di perkotaan mungkin lebih ketat.
Lebih lanjut, jika dilihat dari tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati posisi tertinggi dalam daftar pengangguran, mencapai 9,20 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Temui Demo Buruh, Gubernur Ahmad Luthfi Umumkan UMP dan UMK 2026, Naik 7,28 Persen
-
BRI Cepu Tanam 100 Pohon, Wujud Komitmen Lingkungan di HUT ke-130
-
BRI Perkuat Layanan Transaksi Nataru Melalui BRILink Agen dan Super Apps BRImo
-
UMK dan UMP Jawa Tengah 2026 Diproyeksikan Naik Signifikan, Ini Prediksi Lengkapnya!
-
Lengkap! Jadwal Misa Natal 2025 di Gereja Semarang, Catat Tanggal dan Jamnya