- KGPH Hangabehi dinobatkan sebagai Pakubuwono XIV oleh LDA Keraton Solo pada 13 November 2025, menandai transisi kepemimpinan penting.
- Penobatan ini memicu dualisme dan ketegangan keluarga besar sebab Gusti Purbaya telah mengklaim tahta lebih dahulu pada 5 November 2025.
- Dukungan keluarga terbagi dalam krisis pewarisan ini, diperparah dengan dukungan GKR Timur terhadap klaim Gusti Purbaya.
4. Latar Belakang Hangabehi yang Penuh Warisan
Gusti Raden Masur Yosuharto, yang kini dikenal dengan nama KGPH Hangabehi, lahir pada 5 Februari 1985.
Dengan usia yang kini menginjak 40 tahun, ia merupakan anak pertama Pakubuwono XIII dari pernikahannya dengan Kriya Winari.
Namun, sebelum dinobatkan, ia dikenal dengan nama KGPH Mangku Bumi hingga akhirnya, pada 24 Desember 2022, nama Hangabehi disematkan sebagai bagian dari perubahan dan harapan baru dalam kerajaan.
Pencapaian ini bukan hanya sekadar gelar, tetapi juga representasi dari garis panjang yang ia bawa.
5. Penolakan Hangabehi Terhadap Gusti Purbaya
Ketika Gusti Purbaya diangkat sebagai putra mahkota oleh LDA Keraton Solo, Hangabehi memilih untuk mundur dari perdebatan tersebut.
Dengan tegas, ia menyatakan bahwa perebutan tahta bukanlah keputusan yang bisa diambil tergesa-gesa. Baginya, masa depan Keraton Solo harus didiskusikan secara lebih matang.
Ia juga menegaskan bahwa keputusan siapa yang berhak memimpin belum final dan masih dalam pembahasan intensif keluarga besar Keraton Solo.
Baca Juga: 7 Fakta Sosok Tedjowulan yang Klaim Ambil Alih Keraton Solo
6. Peran GKR Timur dalam Ketegangan Keluarga
Penobatan Hangabehi menjadi lebih dramatis dengan kehadiran GKR Timur, putri sulung Pakubuwono XIII, yang turut memberikan dukungan kepada Gusti Purbaya.
Bersama adik-adiknya, GKR Timur datang ke Sasana Khandra Uina pada 13 November untuk menyatakan dukungannya kepada Gusti Purbaya. Dengan ini, pertikaian semakin memanas, menciptakan kedalaman konflik yang mengancam merusak kedamaian di dalam keluarga besar Keraton Solo.
Penobatan KGPH Hangabehi sebagai Pakubuwono XIV pada 13 November 2025 mungkin membuka lembaran baru dalam sejarah Keraton Solo.
Namun, dengan dua klaim penerus tahta yang berbeda, babak baru ini tampaknya masih jauh dari kata selesai.
Ketegangan, perselisihan, dan permainan takdir dalam keluarga ini menggambarkan betapa tradisi dan sejarah keluarga kerajaan tetap bertahan kuat, meskipun dunia luar terus berkembang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
BRI BO Slawi Gelar Cek Kesehatan dan Donor Darah Gratis, Wujud Peduli Masyarakat
-
7 Tempat Wisata Rembang Viral dan Hits Ini Siap Jadi Favorit Libur Akhir Tahun 2025
-
Kampung Natal Saloka 2025: Perayaan Nataru Penuh Kearifan Lokal dan Rekor Dunia!
-
PT Semen Gresik Kucurkan Rp1,05 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan Enam Desa
-
BRI Konsisten Salurkan Bantuan dan Trauma Healing bagi Anak-Anak Korban Bencana di Sumatera