Budi Arista Romadhoni
Rabu, 12 November 2025 | 07:37 WIB
Ilustrasi perebutan takhta raja keraton kasunanan surakarta. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII pada awal 2025 memicu pembahasan suksesi Keraton Kasunanan Surakarta yang kerap diliputi dualisme kepemimpinan.
  • Secara silsilah dan paugeran, GPH Purbaya yang merupakan putra dari permaisuri memiliki posisi terkuat sebagai pewaris takhta.
  • Legitimasi GPH Purbaya dikuatkan melalui pengangkatan resmi sebagai putra mahkota pada Tingalan Dalem Jumenengan tahun 2022.

SuaraJawaTengah.id - Wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII pada awal 2025 bukan hanya meninggalkan duka bagi masyarakat Surakarta, tetapi juga membuka kembali perbincangan besar tentang masa depan Keraton Kasunanan Surakarta.

Keraton yang berdiri sejak abad ke-18 itu memiliki tradisi panjang terkait suksesi, namun dalam dua dekade terakhir kerap diliputi dualisme kepemimpinan dan perebutan legitimasi.

Untuk memahami siapa pewaris takhta yang dianggap paling layak, langkah pertama adalah menelusuri kembali silsilah keluarga PB XIII beserta struktur pernikahannya.

Dari situlah terlihat posisi putra-putra dan garis keturunan yang menjadi rujukan utama dalam paugeran keraton. Berikut penelusurannya dari berbagai sumber.

1. Pernikahan Pertama: Tiga Putri dari KRAy Endang Kusumaningdyah
Pernikahan pertama PB XIII adalah dengan Nuk Kusumaningdyah atau KRAy Endang Kusumaningdyah. Dari pernikahan ini lahir tiga putri:

a. GRAy Rumbai Kusuma Dewayani / GKR Timur
b. GRAy Devi Lelyana Dewi
c. GRAy Dewi Ratih Widyasari

Ketiganya memiliki posisi terhormat dalam struktur keluarga, namun menurut paugeran Kasunanan Surakarta, putri tidak berada dalam garis utama pewaris takhta. Meski begitu, peran politik dan budaya putri keraton tetap signifikan, terutama dalam menjaga legitimasi internal.

2. Pernikahan Kedua: Lahirnya Putra dari Garwa Ampil
Pernikahan kedua PB XIII dengan Winari Sri Haryani atau KRAy Winari menghasilkan tiga anak:

a. Alm BRAy Sugih Oceania (putri)
b. GRAy Putri Purnaningrum (putri)
c. GRM Suryo Suharto / GPH Mangkubumi / KGPH Hangabehi (putra)

Baca Juga: 5 Arti Tersembunyi di Balik Kalimat Sakral Paku Buwono XIV untuk Ayahandanya

Dari pernikahan ini, muncullah satu putra laki-laki: GPH Mangkubumi (sering disebut pula KGPH Hangabehi). Dalam diskursus publik bertahun-tahun terakhir, tokoh inilah yang kerap menjadi pusat dinamika suksesi.

Namun, kedudukannya sering menjadi perdebatan karena status ibunya bukan permaisuri, melainkan garwa ampeyan / garwa ampil. Dalam banyak tradisi keraton, status ibu memegang pengaruh besar pada sah tidaknya klaim pewaris. Inilah salah satu titik awal adanya dua kubu suksesi di Keraton Surakarta sejak awal 2000-an.

3. Pernikahan Ketiga: Satu Putra dari Permaisuri GKR Pakubuwono
Pernikahan ketiga PB XIII dengan Asih Winarni atau KRAy Adipati Pradapaningsih / GKR Pakubuwono melahirkan seorang putra laki-laki:

a. GRM Suryo Aryo Mustiko / GPH Purbaya / KGPAA Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram

Penting dicatat: GKR Pakubuwono adalah permaisuri, satu-satunya istri yang menyandang gelar tersebut. Karena itu, secara paugeran, putra dari permaisuri memiliki kedudukan istimewa dalam garis suksesi.

Tidak berhenti di situ, PB XIII pada 27 Februari 2022, dalam upacara Tingalan Dalem Jumenengan ke-18, secara resmi mengangkat GPH Purbaya sebagai putra mahkota. Gelar yang disandangnya:

Load More