Keunikan Masjid Saka Tunggal di Banyumas dan Legenda Santri Dikutuk

Disebut Masjid Saka Tunggal karena masjid di Banyumas, Jawa Tengah itu berdiri hanya menggunakan satu tiang

Bangun Santoso
Sabtu, 11 Mei 2019 | 13:54 WIB
Keunikan Masjid Saka Tunggal di Banyumas dan Legenda Santri Dikutuk
Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Suara.com/Teguh Lumbiria)

Saat Ramadan ini, masjid itu juga rutin diselenggarakan salat berjamaah, baik salat wajib 5 waktu, maupun salat tarawih. Setelah itu, dilaksanakan tadarus Alquran, hingga malam hari.

Kemudian menjelang 10 hari ketiga di bulan Ramadan, juga rutin digelar tradisi "likuran". Tradisi ini menjadi penanda 10 hari terakhir dalam melaksanakan ibadah puasa.
"Pelaksaannya waktu berbuka puasa, pada hari ke-20 puasa menuju ke-21," kata Sulam.

Hanya, hitungan hari ke-20 puasa itu, berbeda dengan hitungan bulan Ramadan dari penetapan pemerintah. Bahwa penetapan tanggal 1 dari pemerintah, untuk bulan Ramadan 1440 Hijriyah ini jatuh pada Senin (6/5). Sedangkan masyarakat di wilayah setempat, mengawali puasa mulai Selasa pahing, atau bertepatan dengan 7 Mei 2019.

"Jadi nanti (untuk hitungan tanggal 20 Ramadan) berbeda," kata Sulam.

Baca Juga:Beribadah di Masjid Ini, Barang Jemaah yang Hilang Akan DIganti

Pengikut Aboge

Jamaah masjid Saka Tunggal hingga saat ini menggunakan almanak Jawa, Alif Rebo Wage atau Aboge.

Menurut Pengikut Aboge asal Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen, Tarsono (64), sesuai perhitungan turun temurun, untuk tahun 2019 ini bertepatan dengan tahun Jawa Be. Untuk menentukan awal Ramadan, biasanya pengikut Aboge akan menghitung pada hari keenam dan pasaran kedua dari awal hari pasaran Bulan Muharam tahun Jawa Be tersebut.

"Bemisgi artinya awal tahun Be jatuh pada Kemis Legi. Kalau Ramadan akan dipergunakan Donemro (Romadon Enem Loro) atau Sanemro (Puasa Enem Loro). Jadi hari ke-6 dan ke-2 dari Kamis Legi adalah Selasa Pahing," jelasnya.

Selain awal Bulan Ramadan, untuk menentukan awal Syawal juga telah bisa dihitung oleh pengikut Aboge. Untuk menentukan awal Syawal maka mereka menggunakan rumus Waljiro (Syawal Siji Loro), artinya awal Syawal jatuh pada hari pertama dan pasaran kedua dari Kamis Legi.
"Jadi hitungannya satu Syawal nanti akan jatuh pada hari Kamis Pahing," kata Tarsono.

Baca Juga:Kisah Masjid Keramat, Saksi Bisu Islam Masuk ke Kalimantan Selatan

Legenda Moyet dan Santri Dikutuk

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak