Kisah Sopir Ambulans Desa di Banyumas, Tidur di Mobil Jadi Obat Pusing

Kisah sopir ambulans pembawa jenazah korban pembunuhan di Banyumas.

Chandra Iswinarno
Minggu, 01 September 2019 | 02:00 WIB
Kisah Sopir Ambulans Desa di Banyumas, Tidur di Mobil Jadi Obat Pusing
Sopir ambulans Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Daryo (64) meletakkan jenazah korban pembunuhan untuk dibawa ke rumah duka, Kamis (29/8/2019). [Suara.com/Teguh Lumbiria]

“Kalau saya pusing malah tidurnya di ambulans, karena kebetulan diparkir di rumah. Malah jadi obat pusing,” kata Daryo yang sebelumnya merupakan sopir angkutan pedesaan.

Dalam penilaian Daryo, ambulans erat kaitannya dengan hidup dan mati. Dengan tidur di ambulans, ia bisa mendapatkan ketenangan mengenai arti kehidupan yang entah esok atau lusa, semua manusia akan menemui ajal.

“Hidup dan mati sudah diatur sama yang di Atas. Kita hanya menjalani. Orang hidup itu terpenting sumeleh (berserah diri) dan soleh (berbuat baik),” kata Daryo seraya berharap pekerjaannya yang erat berkaitan dengan jasa pertolongan itu bisa tercatat sebagai amal yang baik.

Pengakuan serupa disampaikan sopir ambulans Unit Pelayanan Paguyuban Belasungkawa RW 02 Desa Kedunguter, Kecamatan Banyumas, Poniman (60). Baginya, tidak ada yang horor dalam menjalani pekerjaan sebagai sopir ambulans.

Baca Juga:4 Jenazah Korban Pembunuhan di Banyumas Dimakamkan Bersebelahan

“Ambulans ini sebenarnya khusus RW. Tapi kalau luar RW atau luar desa meminta bantuan tetap dilayani. Tidak ada biaya. Cuma biasanya kalau yang dari luar itu suka ada yang kasih keikhlasan buat mengisi bensin,” kata pria yang akrab disapa Epong tersebut.

Serupa dengan Daryo, Epong tidak pernah mengalami hal mistik selama menjalani pekerjaan yang kerap mengantarkan jenazah. Sekalipun dia meyakini, bahwa makhluk halus itu ada.

“Dalam menjalankan pekerjaan ini, semua baik-baik saja kok. Tidak ada yang horor atau mistik,” kata Epong.

Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari kebersihan dan ketulusan niat dalam menjalani pekerjaan sebagai sopir ambulans.

“Saya kan cuma berpikir membantu orang membutuhkan jadi terpenting meluruskan niatan itu,” kata pria yang semula membuka usaha bengkel kecil-kecilan tersebut.

Baca Juga:Empat Jenazah Korban Pembunuhan di Banyumas Dimakamkan Berdampingan

Epong bercerita, lahirnya ambulans RW 02 Kedunguter sebagai usaha mempermudah keperluan jasa antar untuk orang sakit atau meninggal dunia.

“Kemudian dari tokoh-tokoh, atau orang penting di RW kami memberikan donasi. Ada juga dari warga masyarakat, sehingga bisa membeli mobil untuk ambulans,” kata dia.

Epong yang juga aktivis paguyuban RW kemudian diamanatkan untuk menjadi sopir ambulans-nya.

Untuk diketahui, empat jenazah korban pembunuhan di Dusun Karanggandul Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kamis (29/8/2019) diserahkan oleh Polres Banyumas kepada pihak keluarga, untuk kemudian dimakamkan di desa tersebut.

Proses penyerahan dilakukan di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto.

Karena ada empat jenazah yang sudah menjadi kerangka, ambulans yang diperlukan juga empat. Dari empat ambulans yang digunakan, dua di antaranya merupakan ambulans Desa Sudagaran dan ambulans Unit Pelayanan Paguyuban Belasungkawa RW 02 Desa Kedunguter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini