"Dengan kejadian Emit 17 yang di Papua kemudian memang sedang melaksanakan tugas yaitu pendorongan logistik ke garis depan. Lalu memang sedang penjemputan pergantian kru. Kejadian tersebut saat pulang ke Sentani dari Oksibil karena cuac dan mengalami insiden," kata Heri seusai pemakaman.
Menurut Heri, keseharian Sertu Anumerta Dita Ilham Primojati merupakan seorang avionik di bidang kelistrikan pesawat. Kejadian tersebut memang dalam tugas mengemban misi dari Skadron 31/Serbu Semarang ke Papua.
"Secara kondisi pesawat tidak ada masalah. Dalam kondisi baik dan siap terbang. Hanya memang karena kondisi cuaca di Papua, terutama di Pegunungan Bintang kompleks memang betul-betul ekstrem. Susah diprediksi," jelasnya.
Korban helikopter yang jatuh di Papua tersebut, menurutnya ditemukan pada ketinggian 12 ribu kaki dari permukaan tanah. Kompleks pegunungan hampir setiap waktu tertutup awan.
Baca Juga:Suasana Haru Iringi Pelepasan Jenazah Korban Kecelakaan Heli MI-17
"Di tempat kejadian mungkin suhunya mencapai minus 9 derajat pada waktu tertentu. Namun tidak bersalju. Lokasi penemuannya berada di Pegunungan Mandala. Dia paling tinggi di kompleks itu," ujarnya.
Seperti diketahui helikopter MI 17 yang mengangkut 12 orang terdiri dari 5 personel Satgas Yonif 725/Woroagi dan 7 orang kru, hilang kontak pada Jumat 28 Juni 2019 usai terbang dari Bandara Oksibil, Papua menuju Bandara Sentani, Jayapura. Termasuk di dalamnya Sertu Anumerta Dita Ilham Primojati. Sebelumnya, helikopter itu digunakan untuk pengiriman logistik ke Distrik Okbibab, Pegunungan Bintang.
Kontributor : Anang Firmansyah