Sumiyem sudah 35 tahun menjanda. Suaminya, Cipto Supatmo, meninggal akibat kecelakaan pada 1985 silam.
Sejak saat itu dia harus memeras keringat untuk membesarkan 7 anaknya dengan berjualan gorengan keliling kampung.
Sayang, dua dari 7 anaknya meninggal dunia. Kini Sumiyem hidup sendirian lantaran lima anaknya yang telah berumah tangga dan merantau ke berbagai wilayah.
Tiga anaknya merantau ke Jember, Surabaya (Jawa Timur), dan Subang (Jawa Barat). Sementara dua lainnya tinggal di Sukodono dan Sragen Wetan.
Baca Juga:Sembako Kiriman Dikasih ke Janda Miskin, Marni: Kita Tak Mati Jika Berbagi
Meski ada dua anak yang tinggal di Sragen, Sumiyem enggan menjadi beban mereka. Itulah sebabnya janda tua ini memilih hidup sebatang kara di gubuk reyot di Kampung Sidomulyo, Sragen.
Salah satu anak Sumiyem yang tinggal paling dekat dengan rumahnya bekerja sebagai buruh. Biasanya sepekan sekali dia bakal disambangi sang anak dan diberi uang.
“Anak saya yang paling dekat rumahnya dari sini itu hanya bekerja sebagai buruh. Biasanya sepekan sekali dia datang ke mari. Kalau ada uang, biasanya saya dikasih Rp 70.000,” terang Sumiyem.