Sementara itu, Kepala Sekolah sekaligus pengasuh MTS Pakis, Isrodin menjelaskan sekolahnya tersebut mendapatkan bantuan tujuh HT dari Wakil Bupati Banyumas dan Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) Kabupaten Banyumas.
"Alhamdulillah setelah satu minggu teman-teman ujicoba adaptasi pembelajaran dengan radio sekarang kita sudah memiliki pesawat atau HT bantuan dari teman-teman pers media atau orari yang menginisiasi kegiatan ini," kata Kang Is, sapaan akrabnya.
Menurutnya, siswa yang bersekolah di MTS Pakis jumlahnya tidak banyak. Total ada 20 pelajar dari kelas 7 sampai 9.
![Isrodin, mengevaluasi pembelajaran setelah mengikuti kelas yang dibimbing relawan dari Purwokerto di MTS Pakis, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Sabtu (15/8/2020). [Suara.com/Anang Firmansyah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/16/87208-kang-is-mengevaluasi-pembelajaran-setelah-mengikuti-kelas-yang-dibimbing-relawan-dari-purwokerto.jpg)
Sebelum adanya pandemi, guru (relawan) yang intens mengajar ada 10 orang. Kebanyakan mahasiswa dari beberapa universitas di Purwokerto. Para relawan tersebut hanya datang untuk mengajar lalu pulang.
Baca Juga:Kompaknya Bikin Ngakak, Ibu Diam-Diam Bantu Anak Beri Jawaban Saat PJJ
"Tapi setelah adanya pandemi, para pengajar ini hanya membimbing lewat gawai, sebelum ada bantuan HT ya. Nah kita kesulitan sinyal, kalau pakai gawai. Karena sering sekali hilang, tidak lancar. Beda dengan radio ini. Tapi kita masih numpang repeater dari Curug Cipendok sana," jelasnya.
Ia berharap, paling tidak nantinya satu anak memegang satu HT untuk mengikuti pelajaran dari rumah. Jadi tidak perlu ke sekolahan. Untuk mengantisipasi penyebaran virus covid-19.
"Paling nanti kita atur jadwal, Senin sampai Kamis belajar dari rumah masing-masing. Terus Jumat dan Sabtu belajar kelompok di sekolahan," jelasnya.
MTS Pakis sendiri sudah ada sejak tahun 2013. Ada dua ruangan belajar dengan bangunan leter L, berdiri di atas tanah dengan luas 700 meter persegi milik madrasah dan separuhnya wakaf dari warga.
Sekolah tersebut menerapkan pelajaran Agroforestry dengan tidak memungut biaya sepeserpun.
Baca Juga:Sejumlah Warga Donasikan Ponsel Bekas untuk Bantu Siswa Belajar Daring
"Diawal pembelajaran, pendaftarannya saja dengan alat pertanian atau hasil bumi. Kenapa itu dilakukan karena sekolah kita ini berbasis kearifan lokal. Jadi anak-anak belajarnya tidak lepas dari kebiasaan orangtua, bertani, berkebun, perikanan, atau bercocok tanam," ujarnya.