Dapat Santunan Rp 262 Juta, Ibunda Staf KPU yang Terbunuh di Papua Menangis

Kedatangan Ilham bermaksud menyerahkan santunan senilai Rp 262.239.542 ribu hasil dari donasi KPU Se-Indonesia.

Chandra Iswinarno
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 19:13 WIB
Dapat Santunan Rp 262 Juta, Ibunda Staf KPU yang Terbunuh di Papua Menangis
Komisioner KPU RI Ilham Saputra menyerahkan tali asih donasi dari KPU se Indonesia kepada ibunda Henry Jovinsky di kediamannya, Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jumat (21/8/2020). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Ibu korban pembunuhan Staf Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bertugas di Papua, Henry Jovinsky, tak hentinya meneteskan air mata saat menerima kunjungan Komisioner KPU RI, Ilham Saputra yang datang bersama rombongan dari KPU Banyumas.

Kedatangan Ilham bermaksud menyerahkan santunan senilai Rp 262.239.542 ribu hasil dari donasi KPU Se-Indonesia.

Menurut Ilham, santunan tersebut adalah bentuk rasa duka cita KPU se Indonesia yang telah kehilangan pahlawan demokrasi dalam bertugas.

"Kami menyampaikan tali asih, kepada keluarga Henry Jovinsky, yang merupakan dari donasi teman-teman KPU se Indonesia. Jadi kami buka dompet, alhamdulillah terkumpul sekitar Rp 262 juta sekian," katanya usai menyerahkan bantuan di kediaman orangtuanya di Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jumat (21/8/2020) siang.

Baca Juga:Staf KPU Yahukimo Tewas Dibunuh, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Agar kejadian serupa tidak terulang, pihaknya telah berkoordinasi kepada pihak kepolisian meminta pengamanan untuk melindungi para petugas yang sedang bekerja. Terutama yang saat ini sedang menjalankan Pilkada.

"Tentu seperti kita tahu, tahapan Pilkada akan sedikit meningkatkan ekskalasi politik. Dan juga terkait keamanan bagi seluruh aparat kami, KPU terutama dalam menjalankan tugas. Kami menjalankan tugas karena amanat Undang-undang dan tugas negara. Oleh karenanya maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak keamanan untuk mengawal kami," jelasnya.

Ia meminta kepada staf KPU yang sedang bertugas di seluruh Indonesia untuk lebih waspada setelah adanya kejadian tersebut.

Karena pihak kepolisian telah melaksanakan tugasnya secara maksimal. KPU sendiri tidak memandang apapun zona yang masuk kategori aman maupun rawan.

"Apapun itu, mau itu zon hijau atau zona merah, tentu saja tetap harus ada (perlindungan). Walaupun zona hijau, tiba-tiba ekskalasi meningkat, kita tidak pernah tahu. Oleh karenanya, seluruh aparat kami harus dilindungi oleh pihak keamanan," ujarnya.

Baca Juga:Berderai Air Mata, Staf KPU Yahukimo yang Ditikam OTK Dimakamkan di Sleman

Pihak KPU RI menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada pihak kepolisian. Ia mewakili KPU berharap pelaku dihukum yang seberat-beratnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai Undang-undang yang berlaku.

"Agar kemudian tidak ada lagi, siapapun, pihak manapun yang melakukan tindak kekerasan dan kriminalitas terhadap aparat kami di lapangan," terangnya.

Sementara itu, Vivin Monika (53) ibunda staf KPU yang dibunuh di Papua, Henry Jovinsky, mengucapkan terimakasih dengan adanya perhatian lebih dari pihak KPU.

Namun, ia sedikit menyesalkan anaknya tidak dibekali kemampuan lapangan.

"Cuma yang saya sesalkan memang, Mas Henry kurang dibreafing terkait ketidakamannya ada di sana. Harusnya kan ada pengawalan, jangan keluar karena keadaan di sana kan seperti itu," katanya.

Selama bertugas hampir dua tahun ini menurutnya, Henry dikenal sangat polos. Hampir tidak memiliki prasangka apapun. Oleh sebab itu, kematian Henry yang mendadak karena dibunuh membuatnya sangat terpukul.

"Saya pokoknya kepengin bantuannya, supaya kasus anak saya diungkap. Saya sebagai seorang ibu, nggak mungkin tiba-tiba ada kaya OPM atau orang tidak dikenal. Pasti ada dalangnya. Karena itu pembunuhan berencana, anak saya diajak keluar. Paling nggak kan, ada yang sudah menyiapkan pisau di situ. Entah siapapun orangnya, harus ketahuan," katanya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini