Dapat Piagam PMI, Ibu Jovinski: Dia Suka Donor, Tapi Mati Kekurangan Darah

Jovin sudah mulai donor darah sejak umurnya masih 17 tahun. Ia selalu rutin mendonorkan darahnya sebagai bentuk rasa kemanusiaan yang tinggi.

Chandra Iswinarno
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 19:48 WIB
Dapat Piagam PMI, Ibu Jovinski: Dia Suka Donor, Tapi Mati Kekurangan Darah
Komisioner KPU RI Ilham Saputra menyerahkan tali asih donasi dari KPU se Indonesia kepada ibunda Henry Jovinsky di kediamannya, Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jumat (21/8/2020). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Ibunda korban pembunuhan staf KPU di Papua, Henry Jovinski, Vivin Monika (53) menceritakan kisah anaknya yang baru menerima penghargaan dari PMI Kabupaten Banyumas karena telah melakukan donor darah sebanyak 25 kali.

Selain penghargaan tersebut, sebelumnya KPU Republik Indonesia juga menyebut, stafnya adalah pejuang demokrasi.

"Mas Jovin itu sudah 25 kali donor darah di PMI, bahkan tiga hari sebelum kejadian habis dapat piagam. Sebetulnya sudah lebih dari 25 tapi di piagam itu tertulis 25 kali," kata Vivin saat ditemui, Jumat (20/8/2020).

Menurutnya, Jovin sapaan akrabnya, sudah mulai donor darah sejak umurnya masih 17 tahun. Ia selalu rutin mendonorkan darahnya sebagai bentuk rasa kemanusiaan yang tinggi.

Baca Juga:Dapat Santunan Rp 262 Juta, Ibunda Staf KPU yang Terbunuh di Papua Menangis

"Dia senang membagikan darahnya karena memang penyayang, tapi disisi lain malah anak saya meninggal disana karena kehabisan darah, ya Allah dia gimana ya," ucapnya sambil menyebut nama Tuhan.

Dirinya menceritakan tentang kesehariannya bekerja sampai harus pulang. Hal tersebut lantaran Jovin ketakutan setelah kantor tempat ia biasa bekerja dibakar oleh massa.

"Kejadiannya tahun ini, dia pulang karena diludahin sama orang Papua pas beli handuk. Katanya panah beterbangan, kantornya dibakar, laptopnya juga dibanting, dia pulang kesini memang tanpa ijin. Dirumah ia tiduran sambil ngomong, 'ma aku takut ma, aku takut'. Tapi kemudian ia berangkat kerja lagi karena dipanggil," jelasnya.

Lebih lanjut Vivin menjelaskan anaknya sudah bercita-cita ingin bergabung di KPU sejak kuliah semester 3. Bahkan ia sendiri yang mengantarkan anaknya test di Jakarta. Memang pilihannya saat itu ingin ditempatkan di Papua karena memang kagum akan keindahan alamnya.

"Dia pengin banget di KPU sejak semester 3. Saya sendiri yang langsung mengantar test dan melihat langsung urutan terakhir nomor 48 saat itu. Dua bulan terakhir, dia bahkan ngomong pengin minta pindah KTP ke saya. Dia excited banget kerja di sana," ujarnya.

Baca Juga:Staf KPU Yahukimo Tewas Dibunuh, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Kekagumannya dengan Papua ia ceritakan kepada Vivin. Ia sampai bercerita ingin mengajak dirinya untuk bisa menikmati alam Papua.

"Karena dia kan tahu ya, saya suka gunung, suka tumbuhan terus suka alam yang sejuk. Dia menjanjikan kepada saya buat bisa langsung terbang ke sana," ungkapnya.

Anaknya sering ditanya darimana ia berasal. Karena warna kulitnya putih dan postur badannya tergolong tinggi. Dari namanya pun memang tak seperti kebanyakan orang.

"Kamu orang mana? Kamu orang mana? Sering gitu disana. Kalau tahu ia sering kayagini, mending tidak saya bolehin kesana, mendingan kerja di Banyumas. Mau jadi apa juga, daripada kehilangan anak sendiri ya," pungkasnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak