SuaraJawaTengah.id - Asosiasi Driver Online (ADO) Semarang akan melakukan aksi mogok makan di Kantor Gojek Semarang pada Rabu (23/9/2020) mendatang. Aksi tersebut digelar sebagai bentuk protes, karena akun 17 anggota ADO Semarang tidak dikembalikan oleh pihak Gojek Indonesia (GI).
Juru bicara ADO Semarang, Astrid Jovanka mengatakan, aksi tersebut di picu karena tidak adanya kejelasan dari pihak PT GI mengenai keputusan untuk pengembalian akun pribadi yang di tukar dari akun joki.
Menurutnya, di awal mulai Gojek masuk di Indonesia khususnya di Jawa tengah, para driver banyak berlomba lomba untuk bisa bergabung menjadi mitra.
“Dengan keterbatasan pengetahuan akan aturan main yang jelas, seiring waktu banyak sekali akun pribadi yang ter-suspend sehingga mengakibatkan mereka yang mengantungkan kebutuuhan sehari-hari menjadi DO, mau tidak mau membeli akun lagi dengan menggunakan nama lain-Akun Joki.red,” katanya di Semarang, Selasa (22/9/2020)
Baca Juga:Fitur Biometrik GoPay Tingkatkan Jaring Keamanan Transaksi Non Tunai
Namun, lanjut dia, beberapa waktu yang lalu terdapat kebijakan baru dari PT GI. Yaitu mereka yang menggunakan akun joki secara otomatis akan tidak bisa digunakan lagi.
“Sebab untuk Log in ke aplikasi Gojek hal ini di dukung dengan sistem keamanan baru yang di berlakukan oleh PT GI, yaitu sistem Verifikasi wajah dan kebijakan lain yang dianggap lebih aman jika di lihat dari kacamata penumpang,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut sebetulnya mendapat respon positif dari para driver online di Kota Semarang. Karena mereka juga lebih senang jika menggunakan akun pribadi daripada menggunakan akun orang lain.
“Bisa mengantisipasi akun-akun tuyul,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, ia menyatakan ADO Semarang akan melakukan aksi mogok makan untuk memperjuangkan nasib 17 Driver Online tersebut.
Baca Juga:Gojek dan Grab Belum Terima Surat Resmi PSBB dari Pemerintah Jakarta
“Padahal mereka sudah melaporkan sesuai dengan petunjuk arahan melaporkan akun joki mereka. Akun ini untuk mencari rejeki dan memenuhi kebutuhan keluarga. Paling tidak mendapatkan solusi tepat untuk mereka bisa terus bekerja,” ucapnya.