SuaraJawaTengah.id - "Kalau pemuda pintar semua ke kota, desa tidak akan bisa maju," itulah pesan seorang pemuda bernama Erick Bungawan yang menjadi ahli IT di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
Semangat membangun desa menjadi bentuk dari upayanya mewujudkan Sumpah Pemuda.
Jika saat itu kebangkitan para pemuda adalah melawan penjajah untuk merebut Kemerdekaan Indonesia. Namun, di jaman sekarang pemuda Indonesia melalui saluran-saluran terbarukan, mulai mencoba berbagai macam cara untuk memajukan Indonesia.
Seperti yang dilakukan Erick Gunawan lulusan STIMIK Antar Bangsa Tangerang. Ia memutuskan pulang ke kampung istrinya dan membangun desa di purworejo menjadi desa digital.
Baca Juga:Menaker Keluarkan Surat Edaran Pengupahan, Ganjar: Akan Kami Kaji
Karya Erick menjadi perhatian banyak pihak. Sebab, baru pertama kali sebuah desa di Jawa Tengah memiliki pelayanan serba digital.
Maka dari itu dihari sumpah pemuda saat ini, erick berpesan kepada pemuda Indonesia untuk pulang dan bangun desa masing-masing.
"Untuk pemuda yang punya potensi, yang saat ini ikut orang, bisa balik ke desa, membangun desa sendiri," katanya kepada SuaraJawa Tengah.id, Selasa (27/10/2020).
Erik mengatakan, desa membutuhkan para pemuda-pemudi yang cerdas dan memiliki kemampuan untuk memajukan desa.
"Desa itu perlu pengembangan bidang teknologi, warga desa masih dikatakan gaptek. Pemuda yang pinter dibidang apapun bisa membangun apapun. Seperti pemuda lulusan pertanian, malah merantau ke kota, sehingga tidak kerja sesuai bidangnya," ujarnya.
Baca Juga:Pemudik saat Libur Panjang akan Dirapid Test di 17 Rest Area
Pria kelahiran 4 April 1988 itu menceritakan susah payahnya menjadi perantau. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke kampung istrinya di Desa krandegan, RT. 01, RW. 06, Kecematan Bayan, Kabupaten Purworejo.
"Delapan tahunan saya dulu merantau di Jabodetabek, 1 tahun di jakarta, 7 tahun di tangerang. Saya sekalian kuliah juga di sana, kerja di carofur yang sekarang jadi transmart," terangnya.
Meskipun Erick kelahiran tegal, ia tetap sepenuh hati membangun desa Krandegan melalui Aplikasi-aplikasi yang dibuatnya.
"Ketemu pak lurah, dan pak lurah punya project bagus ya saya ikut, sesuai bidangnya jadi bisa kembali ke habitat karena lulusan IT," ujarnya.
Erick mempunyai tugas khusus. Ia adalah anggota tim IT yang dimiliki Desa Krandegan,.
Erick lah yang menjadi sosok penting di balik lahirnya beberapa aplikasi layanan publik SiPolgan, aplikasi marketplace Tokodesaku, aplikasi ojek online Ngojol, dan aplikasi pembayaran online KaMuPay yang dimiliki oleh BUMDES Desa Krandegan.
"Kalau saya di project IT Web dan aplikasi, unit nya dari BUMDes desa krandegan. Aplikasi yang buat saya," ucapnya.
Ia berharap dari karyanya itu, bisa bermanfaat bagi masyarakat desa Krandegan, bahkan bisa juga bermanfaat bagi warga purworejo hingga linggkup lebih besar yaitu Jawa Tengah.
"Bisa lebih bermanfaat untuk masyarakat desa, syukur bisa bermanfaat bagi purworejo. Intinya aplikasinya bisa bermanfaat bagi warga," ujarnya.
Aplikasi Erick
Aplikasi yang dibuat erick merupakan Inovasi disaat pandemi Covid-19. Tidak hanya sekedar Jogo Tonggo, Erick bersama Kepala Desa membangun Desa Krandegan menjadi Desa Digital.
Seperti aplikasi layanan publik SiPolgan, layanan publik di desa yang tidak lagi mewajibkan masyarakat untuk datang ke Kantor Kepala Desa hanya untuk mengurus surat keterangan.
Melainkan hanya dengan satu aplikasi, surat permohonannya sudah diantar oleh petugas.
Kemudian Aplikasi marketplace Tokodesaku, menjadi lapak para pedagang di desa Krandegan yang tersungkur akibat Covid-19.
Kemudian yang terbaru aplikasi ojek online Ngojol dan aplikasi pembayaran online KaMuPay yang dimiliki oleh BUMDES Desa Krandegan.
Sebelumnya Kades Krandegan, Dwi Nanto mengatakan, Pandemi Covid-19 membuat banyak perubahan di desanya. Pelayanan menjadi terbatas, dan para pelaku ekonomi tersungkur alias bangkrut.
Sebagai kepala desa, ia mengaku harus memecahkan masalah tersebut. Hingga pada akhirnya ia dan perangkat desa yang lain membuat aplikasi Toko Desaku dan Sistem Pelayanan Online Desa Krandegan (Si Polgan).
“Karena pandemi Covid-19, banyak pengusaha, pedagang tersungkur, bangkrut, sementara kami tidak bisa apa apa. Maka kami mencoba memberikan terobosan dengan digitalisasi. Jaringan internet juga tersebar di desa kami. Banyak tower-tower,” katanya kepada Suara.com, Kamis (17/9/2020).
Dwi mengaku, melalui aplikasi Toko Desaku, para pedagang yang berada di desanya bisa berjualan secara daring atau online. Menurutnya, dengan menggunakan sistem aplikasi tersebut, para pedagang juga bisa berjualan diluar desa Krandengan.
“Jika 10 orang berjualan, maka saya tidak bisa membantu satu persatu, tapi kalau kita bikinkan toko atau aplikasi bisa kita bantu iklankan disitu. Mau pedagang dawet, jualan apapun itu bisa dimasukan di situ,” ujarnya.
Menurut Dwi Nanto, pengembangan aplikasi pelayanan desa tersebut sudah dirancang sejak lama. Ia menyadari, kebutuhan jaman sekarang adalah revolusi industri 4.0.
“Meskipun hidup di desa, perubahan jaman juga akan berdampak ke desa juga, maka kita harus bersiap. Pemerintah Kabupaten Purworejo juga mempunyai program smart village tahun depan, maka kami mencoba menyesuaikan,” ujarnya.