Jeritan Supir Angkot di Semarang Selama Pandemi, Pulang hanya Membawa Lelah

Pandemi Covid-19 nasib angkutan di Kota Semarang berada di titik yang memprihatinkan dan semakin tidak jelas

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 08 Januari 2021 | 17:05 WIB
Jeritan Supir Angkot di Semarang Selama Pandemi, Pulang hanya Membawa Lelah
Salah satu tempat para supir angkutan untuk mangkal di kawasan Johar Lama, Kota Semarang (Suara.com/Dafi Yusuf) 

SuaraJawaTengah.id - Salah satu tempat para supir angkutan untuk mangkal di kawasan Johar Lama, Kota Semarang benar-benar lenggang. Puluhan mobil angkutan berbaris rapi di sisi jalan, tanpa penumpang. 

Sudah berbulan-bulan nasib angkutan di Kota Semarang berada di titik yang memprihatinkan. Bagaimana tidak, tak jarang dalam sehari supir angkut terpaksa hanya membawa lelah dan keringat saat pulang. 

Hal tersebut tak lain karena imbas dari pandemi Covid-19 yang berdampak pada penurunan jumlah warga yang naik kendaraan umum. 

Supir angkot Semarang, Nurul Mukminin (46) mengatakan, untuk menambal kebutuhan keluarga dia terpaksa bekerja menjadi kuli bangunan. Lantaran, penghasilannya menjadi tukang bangunan tak dapat diandalkan. 

Baca Juga:Dara Rafika Ngaku Tak Tahu Chacha Sherly Alami Kesulitan Ekonomi

"Ya saya tambal dengan menjadi kuli bangunan untuk mensyukuri kebutuhan keluarga," jelasnya di  kawasan Johar Lama, Jumat (9/1/2020). 

Sudah 15 tahun lebih dia menjadi supir angkutan namun kondisi saat ini merupakan kondisi yang paling parah. Pernah suatu hari dia tak mendapatkan satupun penumpang. Jika mengingat hal itu, dia benar-benar sedih. 

"Iya pernah satu hari itu saya tak dapat penumpang, kalau ingat itu sedih saya," katanya. 

Rata-rata, dalam satu hari dia bisa mendapatkan penumpang umum tiga orang. Kadang-kadang juga dia mendapatkan rombongan karyawan pabrik yang ada di daerah sekitar Mangkang. 

Namun, untuk mendapatkan rombongan karyawan pabrik harus berjibaku dengan waktu. Ia menyebut "untung-untungan. Hal itu disebabkan supir angkut yang lain juga ingin mendapatkan rombongan karyawan tersebut.

Baca Juga:RSUD Ungaran Diterpa Isu Miring Penanganan Chacha Eks Trio Macan

"Maklumlah kan memang itu yang banyak ya. Kalau karyawan pabrik isi angkutan ini bisa full. Bisa sampai 12 orang. Namun kan jarang-jarang," katanya. 

Apalagi, dengan adanya kebijakan baru pemerintah untuk memberlakukan PSBB Jawa-Bali mulai 11-25 Januari 2021 nanti, Nurul belum bisa memikirkan apa yang akan dia lakukan. 

"Iya mau jalan ya ragu-ragu. Takut nanti kalau PSBB tak ada penumpang. Namun kalau tak kerja mau makan apa keluarga. Jadi serba bingung saya," ucapnya. 

Di termasuk beruntung karena bos yang mempunyai mobil angkutan baik. Biaya untuk setorannya dikurangi. Hal itu disebabkan, jumlah penumpang benar-benar turun. 

"Ya Alhamdulillah biaya setoran dikurangi, dia tau kalau jumlah penumpang turun drastis. Jika dia hitung berkurang sekitar 80 persen," imbuhnya. 

Hal senada juga disampaikan supir angkutan lain, Spritanto (52). Selama pendemi penghasilannya benar-benar turun. Dia hanya mengandalkan carter mobil untuk rombongan nikahan maupun acara yang lain. 

"Saya hanya mengandalkan carteran, sudah berbulan-bulan tak menentu nasib kita," katanya. 

Menurutnya, jika hanya mengandalkan menjadi supir angkutan biasa, penghasilannya tak cukup untuk menafkahi keluarga. Meski begitu, carter mobil angkutan juga tak bisa diandalkan. 

"Ya juga tak bisa diandalkan, kan tak bisa tiap hari. Akhirnya saya kalau sehari-hari kayak gini tetap mangkal," ucapnya. 

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini