Warga lain yang melihat kejadian itu, Ferawati, mengaku kaget dan ketakutan. Wanita yang bekerja di warung makan Manunggal berada di dekat genangan WGM itu khawatir pusaran angin tersebut menerjang permukiman.
"Saya sendiri sempat gemetar. Takut kalau ke permukiman. Fenomena itu hilang setelah hujan deras. Kaya ada kabutnya terus menghilang," kata Ferawati.
Beruntung pusaran angin puting beliung alias tornado air itu hanya terjadi di perairan WGM Wonogiri, tepatnya di dekat karamba. Sehingga kawasan permukiman warga tidak terdampak.
Camat Wonogiri Kota, Joko Purwidiyatmo, juga membenarkan munculnya puting beliung di WGM. Setelah mendapat laporan, pihaknya langsung mengecek ke lokasi.
Baca Juga:Tanggapi Puting Beliung di Wonogiri, Ustaz Yusuf Mansur: Ibadahnya Dikuatin
"Alhamdulillah tidak ke permukiman warga, aman. Saat ini cuacanya ekstrim. Kami harap masyarakat tetap waspada," kata Joko.

Bagaimana fenomena langka itu bisa terjadi?
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena itu, termasuk yang terjadi di atas permukaan air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada Rabu sore itu merupakan fenomena biasa.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Satmoko di Semarang, Rabu, (20/1/2021) mengatakan, angin puting beliung di atas waduk itu disebut waterspout. Fenomena ini juga bisa terjadi di laut atau danau.
Menurut dia, waterspout biasanya dipicu oleh munculnya beberapa jenis awan, seperti Cumulus Vongestus, Cumuliform, dan Cumulonimbus.
Baca Juga:Wonogiri Dilanda Puting Beliung, Warga Malah Kagum: Bagus Ya
"Analisa sementara, dinamika atmosfer menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di selatan Indonesia yang memicu belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah," kata Iis dilansir dari ANTARA.