Dibunuh Sekeluarga, Ini Sosok Seniman dan Budayawan Anom Subekti di Rembang

Seniman Anom Subekti dikenal luas sebagai penggiat kesenian, ia dikenal sebagai seniman yang tidak mau dibayar

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 09 Februari 2021 | 17:37 WIB
Dibunuh Sekeluarga, Ini Sosok Seniman dan Budayawan Anom Subekti di Rembang
Almarhum Seniman Anom Subekti pemilik Padepokan Seni Ongko Joyo Desa Turusgede, Kecamatan/Kabupaten Rembang. (Dokumen Pribadi)

SuaraJawaTengah.id - Almarhum Seniman Anom Subekti dikenal luas sebagai penggiat kesenian, khususnya kaitannya dengan budaya Jawa. Bahkan sosok pria yang berpulang dalam usia 60 tahun itu, terkenal akan kebaikannya menggandeng para pemuda untuk turut melestarikan kesenian Jawa.

Kepulangan seniman Anom Subekti yang terkesan mendadak dan sedikit tak wajar, sangat menyakitkan orang-orang terdekatnya, tak terkecuali para pemuda yang tergabung kedalam Komunitas Cointens di Desa Ngadem, Kecamatan/Kabupaten Rembang.

Andi Hermawan salah satu anggota Komunitas Cointens mengatakan, almarhum Seniman Anom Subekti merupakan sosok yang telaten membimbing anak muda untuk turut mencintai kebudayaan asal daerahnya.

Ia mengenang, kali pertama komunitas tersebut bertandang ke Padepokan Seni Ongko Joyo Desa Turusgede, untuk turut berlatih gamelan kepada almarhum. Oleh Anom Subekti langsung direspon baik.

Baca Juga:Mengenang Profil Ki Anom Subekti, Dalang Dibunuh Sekeluarga

“Saat itu kita iain untuk berlatih gamelan. Oleh beliau tanpa basa-basi langsung dipersilahkan,” tutur anggota grup karawitan Muda Laras itu, Selasa (9/2/2021).

Bahkan, saat Andi mengutarakan keinginannya itu, Almarhum Anom Subekti langsung mengatakan jika berlatih alat musik gamelan di tempatnya tidak dipungut biaya sepeser pun.

Mengingat, almarhum sangat menyukai generasi milenial yang mau belajar dan ikut melestarikan budaya nenek moyang.

“Beliau bilang gratis saat itu, enggak mau dibayar. Katanya, mengetahui anak muda ingin melestarikan budaya Jawa, saya sudah senang, cukup itu bayarannya,” ujar Andi sembari mendongak ke atas, mengingat kesan pertama bertemu almarhum.

Padahal, menurut Andi, jika belajar karawitan di tempat lain harus mengeluarkan biaya untuk berlatih gamelan.

Baca Juga:Satu Keluarga Seniman Anom Subekti Tewas, Diduga Ada Motif Dendam

“Kita di padepokan dipersilahkan latihan kapan pun kita mau. Kalau di Padepokan Seni Ongko Joyo kita latihannya seminggu sekali,” bebernya.

Mengetahui bahwa almarhum menyukai cemilan peyek. Andi dan kawan-kawan kemudian berinisiatif untuk membawakan oleh-oleh tiga bungkus peyek. Sebagai bentuk rasa terimakasih kepada almarhum Anom Subekti.

“Lama-lama ada rasa pekewuh karena selalu digratiskan saat latihan. Kami dan kawan-kawan berinisiatif membawakan tiga bungkus peyek, karena tahu almarhum suka peyek. Kami bawakan itu saja, almarhum sudah sangat senang sekali,” ungkapnya.

Ketika para pemuda Cointens lanjut berlatih, kenang Andi, almarhum Anom Subekti sering memerhatikan para pemuda sambil menikmati peyek tersebut.

Melihat bakat para pemuda tersebut cukup mumpuni, grup karawitan dari pemuda Cointens tersebut bahkan oleh almarhum Anom Subekti sempat diberi nama Mudha Laras.

“Grup karawitan kita diberi nama Mudha Laras sama almarhum pak Bekti. Beliau melihat kami latihan cukup baik pada saat itu. Hitungannya, baru awalan kami sudah bisa memainkan 6 lagu Jawa,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini