SuaraJawaTengah.id - Sebagai tukang tambal ban, Sri Suwarti sempat ragu dengan pilihan anak semata wayangnya yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Kota Semarang.
Bagaimana tidak? uang yang dia hasilkan dari bekerja sebagai tambal ban tak menentu. Untuk itu dia ragu apakah uangnya cukup untuk membiayai biaya kuliah anak satu-satunya itu.
Apalagi, saat ini suaminya sudah tak sanggup untuk bekerja lagi. Kedua mata suami Sri tak bisa melihat sejak empat tahun yang lalu.
Hal itulah yang menyebabkan Sri melanjutkan pekerjaan suaminya sebagai tambal ban di Jalan Tlogorejo, Kota Semarang. Tambal ban merupakan usaha satu-satunya untuk menghidupi keluarganya.
Baca Juga:PSIS Jadikan Piala Menpora 2021 Ajang Pemanasan Jelang Liga 1
"Sudah empat tahun saya meneruskan usaha suami saya," jelasnya saat ditemui di lokasi, Kamis (11/3/2021).
Keahlian menjadi tukang tambal ban dia dapatkan secara otodidak ketika suaminya masih bekerja. Selain menjadi ibu rumah tangga, Sri juga sering membantu suaminya sebagai tukang tambal ban.
Meski pada awalnya sempat kuwalahan menjadi tukang tambal ban, saat ini dia sudah mulai membiasakan diri. Meski demikian, banyak orang yang menyanyangkan pilihan Sri
Kebanyakan, pelanggannya menyanyangkan karena Sri yang notabennya seorang perempuan memilih bekerja sebagai tukang tambal ban yang mayoritas dikerjakan oleh laki-laki.
"Banyak yang menyanyangkan kok perempuan bekerja menjadi tambal ban," ucapnya.
Baca Juga:Ini Patung Raksasa Bung Karno di Polder Stasiun Tawang
Saben hari dia harus membagi waktunya antara bekerja dan bekerja. Setiap jam 4 pagi dirinya selalu bangun untuk sembayang dan menyiapkan makanan untuk keluarganya.
"Jam 4 pagi sebelum subuh saya bangun masak, terus jam 7 saya berangkat kerja," ujarnya.
Meski pekerjaan tambal ban terasa berat, dia tetap bersyukur anaknya tak malu mempunyai ibu seorang tambal ban. Anaknya yang saat ini sedang kuliah justru serring membantunya.
Bahkan, tak jarang juga dia mengajak temannya untuk main ke tempat tambal ban milik orang tuanya itu. Anak demsata wayangnya itu adalah harapan satu-satunya bagi Sri dan suaminya.
"Anak saya tak pernah malu, teman-temannya justru sering diajak kesini," tutupnya.
Kontributor : Dafi Yusuf