Demi Biayai Kuliah Anaknya, Sri Rela Jadi Tukang Tambal Ban

Tukang tambal ban Sri Suwarti sempat ragu dengan pilihan anak semata wayangnya yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Kota Semarang

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 11 Maret 2021 | 14:42 WIB
Demi Biayai Kuliah Anaknya, Sri Rela Jadi Tukang Tambal Ban
Sri Suwarti tukang tambal ban di Tlegosari, Kota Semarang (suara.com/DafiYusuf)

SuaraJawaTengah.id - Sebagai tukang tambal ban, Sri Suwarti sempat ragu dengan pilihan anak semata wayangnya yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Kota Semarang.

Bagaimana tidak? uang yang dia hasilkan dari bekerja sebagai tambal ban tak menentu. Untuk itu dia ragu apakah uangnya cukup untuk membiayai biaya kuliah anak satu-satunya itu.  

Apalagi, saat ini suaminya sudah tak sanggup untuk bekerja lagi. Kedua mata suami Sri tak bisa melihat sejak empat tahun yang lalu.

Hal itulah yang menyebabkan Sri melanjutkan pekerjaan suaminya sebagai tambal ban di Jalan Tlogorejo, Kota Semarang. Tambal ban merupakan usaha  satu-satunya untuk menghidupi keluarganya.

Baca Juga:PSIS Jadikan Piala Menpora 2021 Ajang Pemanasan Jelang Liga 1

"Sudah empat tahun saya meneruskan usaha  suami saya," jelasnya saat ditemui di lokasi, Kamis (11/3/2021).

Keahlian menjadi tukang tambal ban dia dapatkan secara otodidak ketika suaminya masih bekerja. Selain menjadi ibu rumah tangga, Sri juga sering membantu suaminya sebagai tukang tambal ban.

Meski pada awalnya sempat kuwalahan menjadi tukang tambal ban, saat ini dia sudah mulai membiasakan diri. Meski demikian, banyak orang yang menyanyangkan pilihan Sri

Kebanyakan, pelanggannya menyanyangkan karena Sri yang notabennya seorang perempuan memilih bekerja sebagai tukang tambal ban yang mayoritas dikerjakan oleh laki-laki.

"Banyak yang menyanyangkan kok perempuan bekerja menjadi tambal ban," ucapnya.

Baca Juga:Ini Patung Raksasa Bung Karno di Polder Stasiun Tawang

Saben hari dia harus membagi waktunya antara bekerja dan bekerja. Setiap jam 4 pagi dirinya selalu bangun untuk sembayang dan menyiapkan makanan untuk keluarganya.

"Jam 4 pagi sebelum subuh saya bangun masak, terus jam 7 saya berangkat kerja," ujarnya.

Meski pekerjaan tambal ban terasa berat, dia tetap bersyukur anaknya tak malu mempunyai ibu seorang tambal ban. Anaknya yang saat ini  sedang kuliah justru serring membantunya.

Bahkan, tak jarang juga dia mengajak temannya untuk main ke tempat tambal ban milik orang tuanya itu. Anak demsata wayangnya itu adalah harapan satu-satunya bagi Sri dan suaminya.

"Anak saya tak pernah malu, teman-temannya justru sering diajak kesini," tutupnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini