Hanya saja, lanjut Noor, karena luas tanah di kompleks masjid relatif tidak mencukupi untuk dibuat seperti ukuran Menara Kudus asli. Maka untuk ukuran duplikat menara ini, sedikit diperkecil.
“Karena tanahnya sempit. Menara ini memiliki ketinggian sekitar 12 meter dengan lebar 9 meter. Memang kemiripan tidak sampai 100% , paling sekitar 90% kita bisa jamin,” ungkapnya.
Menengok kebelakang, masjid ini didirikan kali pertama oleh Kiai Udan Panas yang bernama asli Kiai Abdullah Asyi Bin Abdi Syakur. Seorang wali sekaligus salah satu pendiri desa tersebut.
“Masjid ini tidak lepas dari Mbah Kiai Udan Panas, karena masjid ini satu-satunya peninggalan beliau,” terangnya.
Baca Juga:BPBD Kudus Imbau Msyarakat Waspadai Angin Puting Beliung
Kiai Abdullah mendapatkan julukan Kiai Udan Panas karena saat mendirikan desa terjadi fenomena hujan dan panas yang silih-berganti dan terus-menerus.
Mengingat bangunan masjid yang sudah terlalu tua, maka oleh Kiai Ahmad Musa Maulani dan masyarakat lainnya disepakati untuk membangun ulang bangunan masjid tersebut.
“Pada tahun 1993-1994 masjid dibongkar total karena usianya terlalu tua,” jelasnya.
Kemudian pada tahun 1995 Masjid Baitul Muttaqin pun selesai dibangun dan diresmikan. “Beberapa tahun setelahnya, tepatnya 1999 didirikanlah menara,” imbuh Noor.
Ditambahkan, Masjid Baitul Muttaqin dirubah namanya menjadi Masjid Jami Manarul Huda, setelah diberikan nama baru oleh Mbah Arwani Amin.
Baca Juga:Perhatian Warga Kudus! Tilang Elektronik Diterapkan, Ini Lokasi CCTV-nya
Kontributor : Fadil AM