SuaraJawaTengah.id - Kasus Positif Covid-19 di Indonesia saat ini melonjak. Beberapa kasus ditemukan pasien terpapar Covid-19 adalah yang sudah disuntik vaksin.
Eks Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari menyinggung meroketnya kasus Covid-19 di Tanah Air. Menurutnya vaksin bukan jaminan orang tidak terpapar virus Corona.
Siti Fadilah menyebut, Walau banyak yang sudah vaksin, namun belum tentu orang tersebut bebas dari Covid.
Kemudian Siti Fadilah mengatakan lonjakan pasien covid yang meroket belakangan, sebenarnya sudah bisa diantisipasi jauh-jauh hari. Salah satunya ketika melakukan tracing.
Baca Juga:Serupa India, Kelangkaan Tabung Oksigen di Jakarta Sebabkan Harga Melonjak Tinggi
Menurutnya dari sana, akan ketahuan, berapa kira-kira terjadi peningkatan kasus. Termasuk penyiapan fasilitas untuk menampung pasien.
“Sebetulnya pada waktu tracing, harus diperkirakan yang positif tuh kira-kira 20 persen, nah apakah bisa nampung andaikan kasus sedang ke berat itu sekian persen,” katanya Siti Fadilah dilansir dari Hops.id, Senin (28/6/2021).
“Itu sebenarnya bisa dihitung, jadi pada waktu ditracing sebenarnya sudah bisa ketahuan, apakah akan bertambah. Apakah rumah sakitnya cukup atau tidak,” katanya lagi.
Semua, tentu harus melibatkan ahli-ahli statistik yang dimiliki oleh Satgas Penanganan Covid-19 di Indonesia. Sebab menurutnya para tim statistik sudah bisa memperkirakan dan menghitung itu.
Siti Fadilah vaksin tak menjamin
Baca Juga:Daftar Lokasi Vaksinasi COVID-19 Gratis di Bekasi dan Karawang, Lengkap dengan Syaratnya
Pada kesempatan itu Siti Fadilah lantas menyinggung banyak juga pasien covid yang terpapar padahal sudah disuntik vaksin. Menurut dia, vaksin memang tak menjamin seseorang bisa bebas dari covid.
Akan tetapi ada sebuah hal yang disampaikan. Yakni, vaksin menurutnya bisa memperingan dampak penyakit covid itu sendiri.
“Dan kalau sekarang, mudah-mudahan, yang sudah divaksin itu tidak fatal kalau kena penyakitnya,” kata dia.
Hal itu menurut dia sudah dibuktikan oleh banyak pihak. Dia lantas mengambil contoh sejumlah tenaga kesehatan di Kudus, yang tak fatal usai kena covid, lantaran mereka semua sudah divaksin.
“Kebanyakan yang kena itu kan juga banyak yang sudah vaksin. Dan mudah-mudahan yang sudah divaksin itu tidak fatal itu kalau kena penyakitnya. Berapa banyak nakes di Kudus itu, atau di mana itu, nakesnya sembuh semua, tidak ada yang meninggal. Mudah-mudahan yang sudah divaksin kalau kena vaksin tidak akan sangat parah,” kata Siti Fadilah.
PPKM Mikro sudah tepat
Dia juga bilang, langkah pemerintah untuk menerapkan PPKM Mikro saat ini dianggap sudah tepat. Hanya daerah tertentu saja yang dilockdown, sementara yang lain bisa beraktivitas, namun dengan protokol kesehatan yang disiplin.
Sedangkan lockdown, kata dia, tidak tepat, karena hanya akan membuat hancur republik ini.
“Kalau lockdown nanti hancur semua kita, mana negara yang berhasil dengan lockdown? Yang ada semi lockdown bisa berhasil, kalau lockdown total kecuali negara itu kaya raya banget mungkin bisa,” katanya.
Ketua RT, menurut dia, adalah pengawas paling hebat untuk awasi warganya di skema PPKM Mikro. Daya jangkaunya cepat, karena bisa lebih awal mendeteksi tetangganya yang sakit. Sehingga dapat dengan cepat melakukan tindakan dan antisipasi.
“Percayalah, jangan ikuti mereka 100 persen. Ambil saja yang sesuai, yang tidak jangan diambil, lockdown tidak sesuai,” kata dia.