Astaga! Dampak PPKM Darurat, Ratusan Ayam di Banjarnegara Mati Setiap Hari

Mereka mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Ronald Seger Prabowo
Minggu, 11 Juli 2021 | 06:35 WIB
Astaga! Dampak PPKM Darurat, Ratusan Ayam di Banjarnegara Mati Setiap Hari
Ratusan ayam mati yang harus dibuang oleh peternak setiap hari saat PPKM Darurat. [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Sejak PPKM darurat berlangsung, dampao besar dirasakan masyarakat yang mengeluh karena altivitas ekonomi terhambat.

Termasuk peternak ayam kemitraan di Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. Mereka mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. 

Salah satu peternak, Tulus Hidayat mengatakan lantaran rentang waktu panen yang terlalu lama membuat tingginya kematian ayam.

Bahkan kematian itu disebut Tulus cukup besar yakni rata-rata mencapai 400 ekor ayam.

Baca Juga:Sejumlah Pengendara Heningkan Cipta Untuk Korban Covid-19 di Pos Ciledug

“Tingkat kematian mencapai 4 persen. Kalau dihitung per hari satu lantai sekitar 80 ekor ayam yang mati. Padahal di sini semuanya ada 5 lantai,” ungkapnya saat ditemui Suarajawatengah.id.

Dia memaparkan, semestinya siklus panen ayam dilakukan 35 hari hingga 37 hari. Namun saat ini, masih ada 35 ribu ekor ayam yang belum dipanen.

“Kalau panen normal itu 35 hari dan di hari ke 37 sudah habis. Sehingga pada hari ke 40 sudah mulai bersih-bersih. Sekarang sudah 45 hari sudah over, rentan waktu lama, kandang jadi over kapasitas. Jadi semakin banyak yang mati,” ungkapnya.

Dengan kondisi ini, ia menghitung kerugian satu siklus mencapai Rp 200 juta. Mulai dari tingginya kematian ayam, hingga naiknya biaya operasional.

“Selain banyaknya ayam yang mati, kebutuhan pakan juga semakin banyak. Belum lagi untuk karyawan, listrik dan biaya operasional lainnya," ujar Tulus.

Baca Juga:Anies Klaim PPKM Darurat Turunkan Mobilitas Kendaraan Hingga 62,3 Persen

Ia meyakini bahwa peternak ayam lainnya juga mengalami kondisi yang sama.

"Kondisi ini tidak hanya dirasakan saya, namun juga peternak ayam lain seperti di Kecamatan Punggelan, dan Wanadadi, karena kami saling kontak,” terangnya.

Menurutnya, mundurnya panen salah satunya lantaran adanya PPKM darurat. Selain itu, juga karena menurunnya daya beli akibat pandemi Covid-19.

“Ini dampak dari adanya pembatasan-pembatasan pasar jadi sepi. Belum lagi daya beli masyarakat juga menurun karena pandemi,” pungkas dia.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini