Dari harga tiket trip andong wisata Rp 100 ribu, kusir menerima Rp 50 ribu. Sebesar Rp 25 ribu masuk pendapatan Taman Wisata Candi Borobudur dan sisanya dibagi kepada petugas tiket, petugas kemanan jalur, serta kampung yang dilewati andong.
“Kampung yang kita lewati dapa Rp 1.000 per tiket. Tahun 2019, satu kampung dapat sekitar Rp 19.300.000. Ada 4 kampung yang dilewati andong wisata, Sabrang Rowo, Bumi Segoro, Gopalan, dan Ngaran.
Kondisi berubah drastis selama pandemi Covid, kebanyakan kusir saat ini alih profesi bertani. Sebagian kusir yang bertahan, mencari daerah yang ramai untuk menawarkan jasa transportasi andong.
“Pokoknya mbarang. Mbarang itu bawa mobil, kuda dan andong diangkut, terus nanti ada keramaian dimana kusir datangi. Mencari daerah yang desa-desa. Cari yang pasaran, andong nanti diturunkan untuk muter-muter.”
Baca Juga:Pembatasan Aktivitas Masyarakat Tidak Berdampak Banyak Terhadap Kualitas Udara
Kusir andong biasanya mbarang hingga Purworejo dan Kebumen. “Lagi situasi begini saya nggak pernah minta (setoran) sama kusir. Pokoknya tekoyang penting biar diambil kusir. Kusir saja yang penting cukup untuk beli makan,” kata Forum Kluster Pariwisata Borobudur, Kirno Prasojo.
Paguyuban ini manaungi 32 kusir andong wisata di kawasan Candi Borobudur. Kirno mengaku belum bisa berbuat banyak untuk membantu anggotanya.
“Kalau yang lain sementara urip dewe-dewe ini. Kami kalau menanggung 32 anggota itu ya berat. Tapi kalau kita lepas nanti kan lha wong kita kerja sama kan nggak enak.”
Caption: Kusir andong wisata di kawasan Candi Borobudur terdampak pandemi Covid-19. Kuda dijual murah atau terancam dijagal agar para kusir dapat bertahan. (suara.com/ Angga Haksoro Ardi).
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:Langgar PPKM, 54 Perusahaan di Jakbar Dikenai Sanksi Denda dan Dibekukan