Ameruddin mengaku sangat bangga bisa memiliki putri yang mengharumkan nama bangsa dan telah mengukir sejarah bahwa putri daerah Kabupaten Konawe bersama rekannya Greysia Polii yang juga berdarah Minahasa Sulawesi Utara, menjadi juara Olimpiade Tokyo 2020.
Bakat ibu
Ameruddin kembali bercerita, anaknya yang kini berusia 23 tahun itu mewarisi bakat ibunya yang telah meninggal pada 2015 lalu.
"Karena mama dia (almarhumah Ibu Apriyani) pemain bulu tangkis, tenis meja dengan voli yang dia gemari. Jadi itu bakat dari almarhumah mamanya," kata Amiruddin.
Baca Juga:Warganet China Puji Greysia/Apriyani, Kecam Atlet Sendiri yang Kalah
![Foto Apriyani Rahayu waktu masih SD, diambil tahun 2008. Saat mewakili Sulawesi Tenggara di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional di Jakarta, 2 - 8 Agustus 2008 [SuaraSulsel.id / Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/02/77298-apriyani-rahayu.jpg)
Amiruddin bercerita, ibunda Apriyani, Siti Jauhar, mendidik dan menanamkan jiwa berani dan terus bersemangat kepada anaknya sejak kecil.
Bahkan ia menyebut, jiwa yang tangguh dan keras yang ada pada anaknya merupakan keberhasilan didikan mendiang istrinya.
Di mata sang ayah, Apriyani merupakan anak yang keras, keras dalam arti tidak mudah menyerah dan terus berusaha meski dengan kondisi terbatas.
Sang ayah mengaku, didikan itu semua dilakukan oleh almarhumah ibu Apriyani.
"Kalau sosok dari Apriyani itu keras, keras dia, maunya harus menang. Dari kecil memang dididik. Pertama yang mendidik bukan saya, mamanya, almarhumah," ujar dia.
Baca Juga:Semprot Parpol Ucapkan Selamat ke Greycia dan Apriani, Ferdinand: Karakter Mereka Buruk
Apriyani merupakan anak bungsu dari empat orang bersaudara dan merupakan satu-satunya anak perempuan.