Rayakan Kemerdekaan RI ke-76, Gus Mus Tulis Puisi yang Menyentuh Kalbu

Puisi ini dipersembahkan Gus Mus saat menyambut HUT RI ke-76

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 17 Agustus 2021 | 15:42 WIB
Rayakan Kemerdekaan RI ke-76, Gus Mus Tulis Puisi yang Menyentuh Kalbu
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, KH. Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus. [[email protected]]

SuaraJawaTengah.id - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, K.H. Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus memiliki cara tersendiri dalam merayakan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76.

Pria berusia 77 tahun ini menuliskan sebuah puisi yang menyentuh kalbu. Tak dipungkiri sosok ulama kharismatik satu ini kerap menggambarkan sesuatu hal melalui sajak.

Melalui akun instagram pribadinya @s.kangkung belum lama ini. Gus Mus merenungi Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76 ini melalui tulisan puisi yang berjudul "Rasanya Baru Kemarin''.

Gus Mus [Jepretan instagram S.kangkung]
Gus Mus [Jepretan instagram S.kangkung]

Diceritakan Gus Mus puisi tersebut sudah ditulis sejak tahun 1994. Lalu setiap tahunnya di Hari Proklamasi tiba, dirinya selalu merivisi puisinya tersebut.

Baca Juga:HUT ke-76 RI, Wali Kota Pontianak Harap Pandemi Covid-19 Segera Sirna

Adapun isi puisi "Rasanya Baru Kemarin'' Karya Gus Mus sebagai berikut:

Rasanya baru kemarin.
Bung karno dan Bung Hatta.
Atas nama kita menyiarkan dengan seksama.
kemerdekaan kita di hadapan dunia.

Rasanya.
Gaung pekik merdeka kita.
Masih memantul-mantul tidak hanya dari para Jurkam PDI saja.

Rasanya baru kemarin.
Padahal sudah 71 tahun lamanya.
Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia.
Sudah banyak yang tiada.

Penerus-penerusnya.
Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha.
Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa.
Sudah banyak banya yang turun tahta.

Baca Juga:HUT RI ke-76, Anang Hermansyah Ajak Masyarakat Lawan Covid-19

Taruna-taruna sudah banyak yang jadi Petinggi negeri.
Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi.
Sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.

Rasnya baru kemarin. 
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.
Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi
Sudah banyak yang meneriaki reformasi.
Tanpa merasa risih.

Rasanya baru kemarin.
Rakyat yang selama ini berdaulat.
Sudah semakin pintar mendaulat.
Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat dan dilaknat.

Rasanya baru kemarin.
Padahal sudah 71 tahun lamanya.
Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh.
Padahal pembangunan badan 
yang kemarin dibangga-banggakan 
sudah mulai runtuh.

Kemajuan semu masih terus menyeret dan mengurai.
Pelukan kasih banyak ibu-bapak
dari anak-anak kandung mereka.
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi.
Masih terus menutup mata.

Banyak suadara terhadap saudaranya.
Daging yang selama ini terus dimanjakan. 
Kini sudah mulai kalap mengerikan.
Ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya.

Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan.
Para pengusaha berlaku sewenang-wenang.
Kini sudah pandai menirukan.

Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya.
Semakin bertambah besar pengaruhnya.
Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda.
Kepentingan sendiri dan golongan.
Sudah semakin melecehkan kebersamaan 

Rasanya baru kemarin.
Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma.
Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam.
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya.

Rasanya baru kemarin.
Aku ingin rasanya.
Aku bertanya kepada mereka semua. 
Bagaimana rasanya merdeka?

Ingin rasanya.
Bertanya kepada kalian semua.
Sudahkan kalian.
Benar-benar merdeka?

Puisi Gus Mus tersebut pun berhasil membuat publik terenyuh. Hal ini sebagaimana terlihat dari postingan yang telah disukai 33.437 kali dan mendapatkan komentar sebanyak 374.

Kontributor : Fitroh Nurikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini