Diburu Belanda, Sudirman Tetap Pertahankan Kemerdekaan Indonesia dari Para Penjajah

Jenderal Sudirman turut serta mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari para penjajah Belanda

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 17 Agustus 2021 | 17:34 WIB
Diburu Belanda, Sudirman Tetap Pertahankan Kemerdekaan Indonesia dari Para Penjajah
Pasukan TNI melakukan parade Jenderal Sudirman, di Dermaga Indah Kiat, Merak, Banten, Selasa (3/9)

Namun, dalam perjalanan menuju Istana Supardjo sempat mendapat tembakan dari udara yang dimuntahkan pesawat Belanda, sehingga membuat jarak yang ditempuh Suparjo saat itu seolah-olah sangat jauh.

Sesampainya di Istana, Supardjo malah tidak bisa masuk karena beberapa pemberlakuan saaat kondisi genting di kalangan tentara. "Saat keadaan genting, kami diwajibkan menjalankan aturan untuk saling mencurigai satu dengan yang lain untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan," jelas Abu.

Tak kunjung mendapat kabar dari Supardjo Rustam, akhirnya Jenderal Sudirman memutuskan untuk menemui Presiden Soekarno di Istana. Padahal, saat itu Sudirman dilarang untuk bepergian. Saat itu pula disiapkan dua mobil, satu sedan hitam dan satu mobil bak terbuka untuk membawa pasukan.

"Setelah itu, Pak Dirman menaiki mobil sedan hitam bersama supirnya, Dirman, yang namanya memang sama dengan beliau. Kemudian komandan pasukan pengawal Kompi I Kapten Cokropranolo berada di sisi kiri supir dan Pak Dirman bersama Mayor Suwondo di belakang," kata Abu yang saat itu berpangkat letnan dua.

Baca Juga:Mengulik Kisah dan Perjuangan 3 Raja Keraton Kasunanan Surakarta dalam Kemerdekaan RI

Iring-iringan pengawal pun memasuki Istana Kepresidenan. Sayangnya, Jenderal Sudirman juga tak diperkenankan menemui Presiden Soekarno karena tengah menggelar rapat pejabat menteri di dalam ruang rapat Istana. Sudirman yang sempat meminta dipapah keluar Istana, dan di taman ia menyaksikan pesawat bomber menembak membabi buta.

Kondisi ini membuat Sudirman marah, hingga akhirnya ia memanggil Noli, panggilan Cokropranolo untuk kembali menuju Bintaran Timur. Noli diperintah Sudirman untuk membakar semua dokumen di rumah dinas dan mengantar istri serta anak-anak Sudirman ke dalam benteng keraton. Usai melaksanakan tugasnya, Noli kembali dan melapor kepada Sudirman. Dan Sudirman pun kembali ke rumah dinasnya.

Setibanya di rumah, Jenderal Sudirman membuat keputusan penting, yakni menyingkir keluar dari Kota Yogyakarta bersama pasukan pengawalnya untuk perang gerilya. Keputusan spontan ini membuat kaget beberapa pasukannya, namun diterima anggota pasukan yang menjadi pengawal setia Jenderal Sudirman.

"Karena saat itu terdengar kabar, Pasukan Belanda dibagi dua. Kedua pasukan tersebut bertugas menangkap Soekarno dan memerintahkan menangkap Sudirman, baik hidup atau mati," jelas Abu

Sekitar pukul 11.30 WIB, pasukan berjalan keluar wilayah Yogyakarta menuju wilayah selatan. Menurut Abu, banyak tentara yang tidak membawa perlengkapan. Banyak dokumen yang dimiliki mereka bakar untuk menghilangkan jejak. Saat berangkat, Sudirman menaiki mobil sedan hitam dan mobil compreng.

Baca Juga:Daftar 5 Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Ranjang yang digunakan untuk istirahat Jenderal Sudirman yang tersimpan di Museum Sudirman, Kota Magelang.[Suara.com/Angga Haksoro Ardhi].
Ranjang yang digunakan untuk istirahat Jenderal Sudirman yang tersimpan di Museum Sudirman, Kota Magelang.[Suara.com/Angga Haksoro Ardhi].

"Pasukan saat itu menyusuri wilayah selatan Yogyakarta mulai dari Bantul hingga Parangtritis. Saat itu, saya ingat kali pertama istirahat dilakukan di tempat lurah Grogol namanya Pak Hadi. Di rumah Pak Hadi, sambil istirahat, petinggi-petinggi pasukan yang dekat dengan Pak Dirman berkumpul dan membuat rute perjalanan menuju Gunung Wilis di Kediri. Sedangkan Pak Dirman diperiksa denyut nadinya oleh dokter pribadinya, Dokter Suwondo," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini