Tak Sekolah dan Hanya Jadi Petani, Ini Fakta Unik Tentang Suku Samin

Suku Samin ini terbilang sangat unik, karena suku ini memiliki tradisi, adat hingga ajarannya tersendiri

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 29 September 2021 | 07:33 WIB
Tak Sekolah dan Hanya Jadi Petani, Ini Fakta Unik Tentang Suku Samin
Tangkapan layar suku samin atau sedulur sikep. [YouTube]

SuaraJawaTengah.id - Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya akan suku dan budaya yang beragam. Meski zaman telah modern masih banyak suku di Indonesia yang masih menjaga tradisi dan budayanya. 

Salah satunya adalah suku Samin yang berada di daerah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Suku Samin ini terbilang sangat unik, karena suku ini memiliki tradisi, adat hingga ajarannya tersendiri. 

Suku Samin dikenal sebagai suku yang memegang tinggi nilai-nilai kejujuran, tidak iri, apa adanya tanpa mengada-ada. Kata Samin sendiri berasal dari nama tokoh mereka yakni Samin Surosentiko. 

Ajaran Suku Samin

Baca Juga:PON Papua: Tim Sepak Bola Sumut Siap Hadapi Jateng di Laga Perdana Grup B

Merangkum informasi dari channel youtube Bujang Gotri, Ajaran saminisme didirikan oleh Samin Surosentiko. Ia lahir di Desa Plosorejo, Randublatung, Kabupaten Blora pada tahun 1859. Konsep ajaran saminisme sendiri yaitu menolak budaya kolonial Belanda dan kapitalisme yang mulai muncul pada zaman penjajahan. 

Ajaran saminisme sendiri sebenarnya bermula dari ayah Samin Surosentiko yang bernama Raden Surowijaya. Saat itu Raden Surowijaya memiliki keinginan untuk menanamkan nilai moral pada masyarakat. Karena ia sangat resah dengan para penjajah Belanda banyak menindas rakyat kecil. 

Ajaran Raden Surowijaya itu rupanya disukai oleh Samin Surosentiko. Ia pun tertarik untuk ikut menyebarkan ajaran tersebut. Lambat laun ajaran saminisme pun berkembang pesat di Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro. 

Saat itu orang-orang pengikut saminisme tak segan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Akan tetapi mereka tidak melakukannya dengan kekerasan. Para pengikut saminisme memilih menolak membayar pajak dan enggan bekerja jika tidak diupah oleh kolonial Belanda. 

Akibat perlawanan tersebut membuat kolonial Belanda marah. Sehingga Samin Surosentiko pun ditangkap dan diasingkan oleh para kolonial Belanda hingga wafat. 

Baca Juga:Wacana Ganjar-Airlangga di 2024? Begini Kata Pakar Politik UGM

Meski demikian, para pengikut saminisme masih setia mengamalkan ajaran-ajaran tersebut masih derik ini. Kini suku samin sendiri lebih dikenal dengan sebutan wong sikep. Pasalnya sebutan tersebut memiliki arti positif yaitu orang yang baik dan jujur. 

Wong sikep sendiri sehari-harinya hanya bekerja sebagai petani. Mereka enggan berdagang karena dikhawatirkan dapat menipu orang-orang. Bertani juga sebagai cara mereka untuk lebih dekat dan mensyukuri nikmat Tuhan. 

Hal menarik lainnya, keturunan wong sikep tak pernah disekolahkan ke sekolah formal. Mereka lebih memilih mengajari anak-anaknya sendiri. Hal itu supaya wong sikep tidak keblinger dan tidak meninggalkan budaya para leluhur. 

Adapun sekarang keberadaan wong sikep atau suku samin tak hanya berada di Blora maupun Bojonegoro saja. Wong sikep sudah tersebar juga di daerah Pati dan Kudus. 

Kontributor : Fitroh Nurikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini