Proses pengolahan beras organik Gupon Sekarlangit menggunakan standar SNI 01-6729 tentang sistem pangan organik pada padi. Beras disortir dalam 2 kategori sehingga menghasilkan kualitas organik dan fisik beras yang utuh.
Selain menggunakan mesin, finishing proses sortir beras dilakukan secara manual. Sekitar 20 orang terlibat dalam keseluruhan produksi beras organik di Gupon Sekarlangit.
Pengelola dan operator pengolahan beras organik Gupon Sekarlangit mayoritas anak-anak muda berusia 30-38 tahun. Mereka menyebut diri sebagai petani milenial.
Petani milenial lebih terbuka terhadap kemajuan teknologi dan tanggap menghadapi perubahan jaman. Termasuk merespon perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada pola hidup sehat.
Baca Juga:Puan Maharani Hujan-hujanan Tanam Padi, Susi Pudjiastuti Beri Komentar Menohok
Pola tanam padi organik memaksimalkan penggunaan pupuk kandang yang jumlahnya berlimpah di Magelang. Para petani milenial ini juga mematahkan anggapan bahwa hasil produksi sawah organik lebih sedikit dari pola tanam pupuk kimia.
Jika proses persiapan lahan hingga pasca panen dilakukan dengan benar, 1 hektare sawah organik bisa menghasilkan 9 ton gabah.
“Petani milenial pola pikirnya lebih canggih. Lebih melek teknologi. Kami melakukan digital farming. Ada alat untuk mengecek kesuburan tanah, pH tanah, suhu dan kelembaban. Semua bisa dilihat datanya dari aplikasi di sistem android,” ujar Miftahul Baehaqi yang juga merangkap internal control system (ICS) Gupon Sekarlangit.
Gupon Sekarlangit saat ini menyiapkan proyek ambisius membangun penggilingan padi modern sendiri dan meluaskan lahan sawah organik.
Gupon Sekarlangit menargetkan tahun 2021 bisa menambah 300 hekatare sawah garapan baru. Mereka menargetkan menambah 600 hekatare lagi di tahun 2022.
Baca Juga:Duh! Hujan 2 Hari, Magelang Dilanda Longsor di Beberapa Titik
Kontributor : Angga Haksoro Ardi