Diusir Para Peserta Aksi Kamisan di Kota Semarang, Ini Penjelasan KSP Moeldoko

KSP Moeldoko diusir para peserta aksi Kamisan di Kota Semarang, ia saat itu ingin menjelaskan soal sikap pemerintah tentang isu HAM

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 19 November 2021 | 10:45 WIB
Diusir Para Peserta Aksi Kamisan di Kota Semarang, Ini Penjelasan KSP Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko hadir di tengah Aksi Kamisan di Kota Semarang, Kamis 18 November 2021 [SuaraSulsel.id/KSP]

SuaraJawaTengah.id - Kepala Staf Presiden, Moeldoko diusir saat memberikan penjelesan di depan peserta aksi kamisan di Kota Semarang Kamis (19/11/2021). 

KSP Moeldoko pun memberikan tanggapan atas informasi tersebut. Ia menyebut kedatangannya ke aksi kamisan di Kota Semarang tersebut sebenarnya merupakan bentuk kepedulian dan keinginan untuk memahami apa yang disuarakan oleh pengunjuk rasa.

Menyadur dari Solopos.com, Pengusiran Moeldoko itu terjadi di acara Kamisan yang digelar di depan PO Hotel, tempat berlangsungnya Festival HAM di Kota Semarang, Kamis (18/11/2021) siang.

Kala itu, Moeldoko yang datang bersama rombongan Komnas HAM dan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, berniat melakukan dialog dengan peserta aksi Kamisan.

Baca Juga:Moeldoko Minta Kreator Game Bikin Simulator Perang Untuk Tentara

Namun saat hendak berbicara dengan microphone, para peserta aksi menolak. Mereka bahkan meminta Moeldoko dan rombongannya pergi dari lokasi aksi Kamisan tersebut.

Moeldoko mengaku datang ke aksi Kamisan setelah mendapat laporan dari Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi terkait adanya unjuk rasa yang menyuarakan persoalan HAM di Indonesia.

Moeldoko yang baru saja selesai menjadi keynote speech di Festival HAM pun langsung memutuskan mendatangi masa aksi bersama Wali Kota Hendi dan Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara.

“Intinya adalah saya ingin memahami apa yang sedang dia sampaikan kepada pemerintah atas berbagai persoalan tentang masa lalu. Saya datang ke sana untuk melihat berbagai spanduknya,” jelas Moeldoko melalui sebuah video yang dibagikan kepada wartawan, Jumat (19/11/2021).

Dia pun mencoba mengajak massa aksi Kamisan untuk berbicara dan mendegarkan tuntutan mereka. Namun, massa aksi menolak kedatangan Moeldoko dan mengusirnya. 

Baca Juga:Moeldoko Sebut Publik Harus Tahu Alasan Indonesia Jadi Presidensi G20

“Saya mencoba untuk berbicara dengan mereka, tapi berbagai suara dari mereka tidak menginginkan atas apa yang disampaikan,” katanya.

Setelah diusir, Moeldoko pun memutuskan meninggalkan lokasi. Dia menegaskan bahwa pemerintah tidak pernah menghindar dan menutup mata serta telinga dari persoalan HAM.

Mencuri Panggung

Kendati begitu, Moeldoko mengaku tak masalah dengan kejadian pengusiran tersebut. Menurut dia, keputusannya mendatangi massa aksi Kamisan di Semarang itu sebagai wujud kepedulian pemerintah menyelesaikan persoalan HAM.

“Pertanyaannya kenapa saya datang? Kan begitu. Itulah sebuah wujud. Kalau kami tidak peduli, kami tidak datang untuk melihat dan mendengarkan,” tutur Moeldoko.

Sementara itu, juru bicara aksi Kamisan, Cornel Gea, menyebutkan alasan massa mengusir Moeldoko dan rombongan Wali Kota Semarang. Mereka menilai Moeldoko dan para pejabat negara itu berusaha mencuri panggung aksi Kamisan.

“Ada beberapa alasan kenapa kami, massa aksi menyuruh mereka [Moeldoko] pergi. Aksi Kamisan Semarang itu adalah panggung rakyat, bukan tempat oligarki bicara. Moeldoko, Hendrar Prihadi, dan Komnas HAM sudah jelas tahu seluruh rangkaian pelanggaran hak asasi warga, lebih baik mereka segera mengerjakan tanggung jawabnya,” ujar Cornel dalam keterangan tertulis pada Kamis malam.

Cornel mengatakan peristiwa pengusiran Moeldoko itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, atau sekitar dua jam berlangsungnya aksi Kamisan.

Cornel menilai Moeldoko dan Wali Kota Semarang sebenarnya sudah mendapat panggung dengan tampil dalam Festival HAM yang digelar dengan menggunakan uang rakyat. Maka dari itu, menurut Cornel, Moeldoko tidak selayaknya berbicara di panggung yang murni memperjuangan hak-hak rakyat di aksi Kamisan.

“Massa Aksi Kamisan Semarang melakukan aksi berdasarkan cerita rakyat dalam dua hari festival rakyat yang menyatakan sikap dengan jelas bahwa gerakan rakyat berhenti kooperatif terhadap Rezim Kapitalisme Oligarki, termasuk memberikan panggung kepada para oligarki,” tegas Cornel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini