Kisah Kiai Paling Sakti di Jawa Tengah: Rumah Kebal Banjir dan Mukjizat di Makamnya

Kiai Nur Walangsanga, ulama kharismatik dari Pemalang, dikenal karena kesederhanaan, ketakwaan, dan karomahnya. Makamnya ramai diziarahi, kisah-kisah keajaiban terus dikenang

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 11 Maret 2025 | 04:24 WIB
Kisah Kiai Paling Sakti di Jawa Tengah: Rumah Kebal Banjir dan Mukjizat di Makamnya
Kiai Nur Durya Bin Sayid, yang juga dikenal sebagai Kiai Nur Walangsanga. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Di daerah Walangsanga, Moga, Pemalang, Jawa Tengah, hiduplah seorang ulama kharismatik bernama Kiai Nur Durya Bin Sayid, yang juga dikenal sebagai Kiai Nur Walangsanga. Sosoknya dihormati tidak hanya di desanya, tetapi juga oleh para peziarah dari berbagai penjuru Nusantara.

Menjelang bulan Sya'ban dan Ramadhan 1446 Hijriah, banyak warga Nahdlatul Ulama (NU) yang berbondong-bondong mengunjungi makamnya. Kiai Nur dikenal memiliki keistimewaan sejak kecil.

Bahkan, beberapa santrinya menyaksikan sendiri bagaimana beliau menunjukkan "kesaktian" yang tidak hanya mengagumkan, tetapi juga pernah menyelamatkan nyawa seorang santrinya.

Lahir di Pemalang pada tahun 1873 dengan nama Nur Durya Bin Zahid, Kiai Nur memilih hidup sederhana, menetap di pinggir sungai di tengah area persawahan.

Baca Juga:TKD Jateng Dipangkas Rp127 Miliar, Infrastruktur Terdampak

Dalam dakwahnya di Desa Walangsanga, beliau aktif mengajak warga untuk berzikir berjemaah dan dikenal sangat menjaga wudhunya. Demi munajat kepada Allah SWT, ia rela tidak tidur sepanjang malam untuk mendoakan orang-orang di sekelilingnya.

Selain berdakwah, keseharian Kiai Nur diisi dengan menggembalakan kerbau milik warga setempat. Namun, saat waktu salat tiba, ia tak pernah sekalipun melewatkan salat berjamaah hingga akhir hayatnya.

Kesederhanaannya juga tampak dalam sifat zuhud yang ia pegang teguh. Dikisahkan, suatu ketika ia menemukan sejumlah uang di tempat wudu, namun tidak mengambilnya karena merasa itu bukan haknya.

Setelah 50 tahun berdakwah di Desa Walangsanga, beliau memilih mengasingkan diri di lereng Gunung Sembung demi semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keistimewaan Kiai Nur tetap terasa bahkan setelah wafatnya. Pada tahun 2011, seorang santrinya, KH. Abdul Muid, mengalami kejadian luar biasa saat berziarah ke makamnya.

Baca Juga:Polisi dan Pertamina Sidak SPBU di Semarang, Pastikan Stok dan Kualitas BBM Aman untuk Mudik

Ketika hendak pulang, bus yang ditumpanginya macet hingga pukul 3 dini hari. Akhirnya, ia bersama rombongan memutuskan bermalam di makam. Anehnya, setelah itu, bus tiba-tiba bisa menyala sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini