Pembangunan bangunan gedung didapatkan dari swadaya masyarakat berupa uang dan bahan bangunan. Tujuan didirikannya bangunan untuk sekolah rakyat (SR) pada siang hari dan rapat umum untuk SI pada malam hari.
Pada 1921 sekitar bulan Oktober dan November SI school diumumkan oleh Tan Malaka secara nasional melalui majalah "Soeara Rakjat".
SI school mendirikan sekolah rakyat sebagai sekolah tandingan yang diperuntukan kaum proletar atau kaum miskin. Kaum miskin tersebut juga membentuk perkumpulan yang disebut dengan Sarekat Kere.
Perang Dunia I
Sementara itu, Sejarawan Universitas Diponegoro Semarang Dewi Yuliati mengatakan, tidak meneliti Sarekat Kere secara khusus.
Tapi sumber koran-koran lama yang terbit selepas Perang Dunia I, Sarekat Kere memang ada.Sarekat ini merupakan perkumpulan orang-orang miskin di Kota Semarang.
Mengingat selepas Perang Dunia I, terjadi inflasi yang sangat tinggi, sedangkan upah pekerja atau buruh bahkan tunjangan-tunjangan juga dihapus.
"Oleh karena itu terjadilah proses pemiskinan rakyat bumiputera yang upahnya sangat rendah," ungkap Dewi.
Sarekat Kere dibentuk di Semarang pada 1 Februari 1919 di tengah suasana pergerakan nasional sedang menggelora.
Baca Juga:Dibantai Persipura Empat Gol Tanpa Balas, Pelatih PSIS Semarang: Benar-benar di Luar Prediksi
Sarekat Kere dibentuk untuk menyatukan kaum kere agar dapat saling membantu melalui pembentukan perserikatan. Tak main-main, Sarekat Kere juga memberikan bantuan hukum bagi orang kere yang terlibat kasus hukum.