Sadran Gede Gumelem Banjarnegara, Tradisi Ratusan Tahun Sambut Ramadhan

Tradisi Sadran Gede Gumelem sudah ada ratusan tahun lamanya sejak adanya makam Ki Ageng Giring Gumelem.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 31 Maret 2022 | 14:52 WIB
Sadran Gede Gumelem Banjarnegara, Tradisi Ratusan Tahun Sambut Ramadhan
Warga membawa ratusan ambeng dan laksanakan prosesi Sadran Gede untuk menyambut bulan Ramadhan. [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Warga Gumelem Banjarnegara, Jawa tengah berbondong-bondong menggelar tradisi Sadran Gede, Kamis (31/3/2022).

Tradisi Sadran Gede Gumelem sudah ada ratusan tahun lamanya sejak adanya makam Ki Ageng Giring Gumelem, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.

Ribuan warga Desa Gumelem ramai-ramai menuju makam Ki Ageng Giring dengan membawa ambeng yang berisi tumpeng, lauk pauk, ingkung dan bermacam-macam bunga.

Untuk menuju makam Ki Ageng Giring, warga harus menempuh jarak 1 kilometer. Tak hanya itu, para warga berjalan dengan menggendong ambeng yang cukup berat di jalan yang menanjak.

Baca Juga:10 Keunikan Tradisi Ramadhan di Indonesia

Ambeng adalah sebutan wadah khas Desa Gumelem makanan yang terbuat dari anyaman bambu. Sesekali warga berhenti di tengah jalan sambil istirahat dan mengencangkan gendongan yang diikat kain jarik.

Sesampainya di makam, warga menaruh ambeng dan berkumpul di sebuah pendopo yang disebut paseban.

Setelah itu, warga secara bergantian menemui juru kunci makam untuk ngalap berkah dengan menyerahkan bunga tabur. Kemudian warga melanjutkan ziarah ke makam Ki Ageng Giring secara berkelompok.

Sejumlah warga juga tampak membawa ayam atau hewan ternak yang masih hidup untuk diserahkan kepada abdi dalem atau yang merawat makam Ki Ageng Giring.

Salah satu warga Desa Gumelem, Rasmin Sumardi mengatakan, Sadran Gede sudah menjadi tradisi sejak lama dan diteruskan hingga generasi sekarang.

Baca Juga:Jelang Ramadhan, Warga Bustaman Semarang Gelar Tradisi Gebyuran

Ia bersama warga membawa ambeng dan bunga yang mempunyai makna tertentu.

"Ini sudah jadi tradisi khas Desa Gumelem di akhir bulan Sya'ban ,kami membawa sekar atau bunga dan kemenyan untuk menguji ketulusan kepada Allah SWT, kemudian membawa tumpeng yang mewujudkan salah satunggaling pangeran ,kemudian lauk pauk gorengan, krupuk, sayuran. Sedangkan hewan ternak seperti ayam itu adalah nadzar nya masing-masing, misal ada yang sudah nadzar jika keinginan nya terwujud maka akan membawa ayam," jelasnya, Kamis (31/3/2022).

Acara terakhir adalah acara makan bersama yang disebut dhahar ambeng sadran. Dalam prosesi tersebut warga saling menukar ambeng yang sudah berisi tumpeng dan lauk pauk satu sama lain.

Sehingga, warga tidak akan memakan lauk pauk yang dibawanya sendiri. Tukar ambeng menggambarkan keseimbangan sosial antar warga desa agar tidak ada ketimpangan.

Kepala Desa Gumelem Kulon, Arief Machbub menjelaskan, sadran Gede dilaksanakan oleh dua desa yaitu Gumelem Kulon dan Gumelem Wetan.

Ia menyebut, tradisi Sadran Gede adalah penggambaran atas rasa syukur dan bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan.

"Di makam Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Gumelem atau Udhakusuma kami menggelar sadran Gede setiap menjelang bulan Ramadhan. Barang siapa yang berbahagia menyambut bulan Ramadhan akan terhindar dari api neraka. Ini juga dalam bentuk rasa syukur," ujar dia.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini