Mengidap Kanker Payudara dan Serviks, Narapidana Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang Ajukan Grasi ke Presiden

Seorang terpidana lapas perempuan kelas II A Semarang mengajukan grasi ke Presiden setelah mengidap kanker payudara dan serviks

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 08 Juni 2022 | 16:03 WIB
Mengidap Kanker Payudara dan Serviks, Narapidana Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang Ajukan Grasi ke Presiden
Seorang narapidana di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang didorong menggunakan kursi roda. Ia sudah tak mampu berjalan karena mengidap penyakit kanker payudara dan serviks. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Vonis hukuman kepada terpidana memang harus dijalani sampai selesai. Namun demikian, bagaimana jika narapidana sudah tak sanggup lagi meneruskan masa kurungan di lembaga permasyarakatan?

Hal itu terjadi pada salah satu narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Semarang.

Seorang terpidana sudah berinisial M warga Kota Semarang, kasus penyalahgunaan narkotika sudah tak berdaya melanjutkan hukuman penjara yang diberikan kepadanya.

Narapidana itu mengidap penyakit kanker payudara dan serviks. Sehingga di dalam penjara ia harus dibantu teman-temannya sesama tahanan.

Baca Juga:Berprestasi di Timnas Indonesia, Hendrar Prihadi Rayu Ernando Ari Gabung PSIS Semarang

Pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum, Yosep Parera menyebut, terpidana M sudah menggunakan kursi roda. Ia kemana-mana harus didorong kawan-kawannya.

"M divonis 8 tahun penjara, baru jalani 3,5 tahun. Di dalam ini membutuhkan bantuan orang, makanya saya minta ke Hirda dan Sofi (tim advokat) besok pagi mulai menyiapkan permohonan grasi ke Presiden, supaya segera langsung turun dan dia bisa langsung pulang. Karena kasihan mau untuk apalagi di dalam sini (Lapas), kankernya sudah parah," kata Yosep di Semarang Rabu (8/6/2022).

Diketahui, Tim Advokat dari Rumah Pancasila dan Klinik Hukum menggelar acara konsultasi sekaligus pendampingan hukum gratis di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Semarang, Rabu (8/6/2022).

Tercatat sebanyak 79 warga binaan pemasyarakatan (WBP) alias narapidana setempat yang mengikutinya.

Kegiatan itu digelar di Gedung Balai Pertemuan (BP) Lapas Perempuan Semarang itu.

Baca Juga:Diawali Melawan Persita Tangerang, Ini Jadwal Lengkap PSIS Semarang di Piala Presiden 2022

Mereka yang berkonsulitasi berangkat dari berbagai kasus, baik pidana umum maupun pidana khusus seperti kasus penyalahgunaan narkotika hingga korupsi.

"Tidak dipungut biaya sama sekali, kami melakukan secara cuma-cuma," kata Yosep.

Mereka yang konsultasi juga termasuk narapidana berkewarganegaraan asing, di antaranya; dua perempuan berinisial CA (37) warga negara Filipina dan WB (26) warga negara Thailand. Keduanya terjerat kasus penyalahgunaan narkotika, CA divonis seumur hidup, sementara B divonis 19 tahun penjara.

"Vonis saya masih SH (seumur hidup) belum berubah," kata CA yang kini sudah mahir berbahasa Indonesia.

CA sebelumnya ditangkap di Bandara Adi Sumarmo, Kabupaten Boyolali, pada April 2011. Di antara barang bawaannya ditemukan heroin seberat 1,19 kg.

Sementara WB sendiri ditangkap di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang pada Juli 2018 setelah terbang dari luar negeri. Di tas punggungnya ditemukan narkotika jenis sabu seberat 1,14kg.

Di antara 79 orang yang konsultasi itu juga ada narapidana kasus pembunuhan. Inisialnya S (18) warga Pekalongan, Jawa Tengah. Saat kejadian dirinya baru berusia 16 tahun alias bawah umur.

"Ada 2 TKP (tempat kejadian perkara), dua korban. Tapi yang membunuh pacar saya, sudah 2 tahun menjalani hukuman, saya pingin cepat pulang," kata S yang divonis 8 tahun penjara atas perkaranya itu.

Di sisi lain, Kalapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Kristiana Hambawani, mengapresiasi apa yang dilakukan Rumah Pancasila dan Klinik Hukum ini.

"Karena kami tidak mungkin sendirian, pembinaan di pemasyarakatan tidak bisa berjalan dengan baik tanpa peran serta masyarakat luas, seperti Rumah Pancasila ini. Warga binaan kami berkonsultasi untuk nantinya dilakukan langkah-langkah hukum selanjutnya," kata Kristin sapaan akrabnya.

Diketahui, per Selasa 7 Juni 2022, jumlah penghuni Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang sebanyak 297 orang, terdiri dari 27 orang berstatus tahanan dan 270 orang berstatus narapidana, sementara kapasitasnya hanya 174 orang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini