SuaraJawaTengah.id - Kasus dugaan pembunuhan bocah SMP di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, diduga dipicu kejadian pencurian telepon genggam. Terduga pelaku adalah teman sekelas korban.
Kapolres Magelang, AKBP Mochamad Sajarod Zakun mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus ini. Namun kuat dugaan, pembunuhan terkait kejadian pencurian HP oleh terduga pelaku pada waktu sebelumnya.
Dugaan sementara terduga pelaku berinisial I (15 tahun) mengambil telepon genggam milik korban Wahid Syaiful Hidayat (13 tahun). Diduga I sakit hati karena korban melaporkan pencurian itu.
“Sehingga yang bersangkutan ketakutan mengingat mengambil. Diduga sakit hati? Ya dugaannya seperti itu,” kata AKBP Sajarod Zakun, Jumat (5/8/2022).
Dugaan keterlibatan I dalam kasus pembunuhan Wahid Syaiful Hidayat terungkap setelah sejumlah saksi mengidentifikasi yang bersangkutan datang menjemput korban di rumahnya.
Saksi mengenali motor milik terduga I. Terduga pelaku menjadi orang terakhir yang terlihat bersama korban sebelum dinyatakan hilang.
“Indikasi-indikasi mengarah ke terduga itu. Yang jemput cuma 1 anak pakai sepeda motor. Kami cek sepeda motornya. Ada yang kenal yang jemput itu,” kata Kepala Dusun Sudimoro, Sih Agung Prasetyo.
Kepala Desa Sudimoro kemudian mencari keberadaan I. Semula dia mengelak mengakui menjemput Wahid di rumahnya.
“Pernyataannya ganti-ganti. Bilang (korban) sudah dikembalikan. Terus (keterangan) ganti lagi bahwa sudah dibawa ke sini," paparnya.
Baca Juga:Petani Magelang Sukses Budidaya Sawo Sebesar Kepala, Panen Satu Pohon Bisa Beli Motor
Berdasarkan pernyataan Sih Agung yang didapat dari saksi warga, pada Rabu (3/8/2022) pukul 14.00 WIB, terduga I bersama 10 orang temannya datang ke rumah korban dengan maksud meminta maaf karena sudah mencuri HP.
Sekitar pukul 16.30 WIB, sendirian terduga pelaku I kembali datang ke rumah korban. Kepada ibu korban, dia meminta izin mengajak Wahid belajar kelompok.
“Alasannya mau mengerjakan tugas. Ya sudah (korban) diajak pergi. Waktu jemput korban itu nembung (bilang) ibunya," ujar dia.
Sih Agung menduga saat menjemput Wahid, terduga I sudah memiliki niat tertentu. Sebab saat mengenalkan diri kepada ibu korban, I menggunakan nama palsu.
“Dia datang mengaku namanya bukan lagi nama asli. ‘Saya Rudin rumahnya (Dusun) Manggung’ (tersangka berbohong soal alamat rumahnya). Alasannya mau belajar kelompok,” kata Sih Agung.
Setelah mengakui bahwa dia yang datang menjemput korban di rumahnya, I dibawa oleh Kepala Desa ke Polsek Grabag untuk diperiksa lebih lanjut.
Diperiksa di Polsek Grabag, Kamis (5/8/2022) pukul 02.30 hingga siang hari, I belum juga memberitahu di mana keberadaan korban. “Terus dikorek, akhirnya dia ngaku. Itu kira-kira pukul 13.00 WIB.”
Sesuai pengakuan terduga pelaku I, korban akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal di areal kebun kopi sekitar 50 meter dari ruas Jalan Grabag-Cokro. Korban ditemukan dengan luka sobek sepanjang 10 centimeter di pelipis kiri.
Siswa Baru yang Pendiam
Menurut Kepala Dusun Sudimoro, Sih Agung Prasetyo, keluarga Wahid Syaiful Hidayat baru saja pindah ke kampung tersebut. Mereka sekeluarga sebelumnya tinggal di Yogyakarta, mengikuti sang bapak yang berjualan bakso.
Di Grabag, orang tua Wahid melanjutkan usaha berjualan bakso. Dagangan dibawa berkeliling kampung, tapi lebih sering mangkal di Pasar Grabag.
Pada awal tahun ajaran baru 11 Juli 2022, Wahid baru saja masuk sebagai siswa kelas VII di salah satu SMP negeri di Kecamatan Grabag.
“Jadi siswa baru dan domisili baru di sini. Anaknya menengan (pendiam). Culun. Maksudnya nggak rame seperti teman-temannya. Kalem. Ya anak manis lah,” kata Sih Agung.
Meski terbilang warga baru, tewasnya Wahid Syaiful Hidayat membuat masyarakat Dusun Sudimoro sangat terpukul. Terutama keluarga besar ibu Wahid yang kelahiran dusun tersebut.
Tangis keluarga pecah saat jenazah Wahid dibawa pulang setelah selesai di-outopsi di RSUD Muntilan. Sempat disholatkan di masjid, jenazah langsung dikebumikan di pemakaman umum setempat. “Yang jelas itu (keluarga berharap) pelaku dihukum yang seberat-beratnya," ungkapnya.
Duka Dunia Pendidikan
Duka mendalam atas peristiwa ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Aziz Amin Mujahidin. Dia menyerahkan sepenuhnya penyelesaian kasus kepada polisi.
“Kami terus mengawal, mendampingi, mengikuti proses itu. Sebagai bentuk simpati. Berduka. Hakikatnya yang berduka kita semua” ujar Aziz.
Sebagai langkah tindak lanjut Dinas Pendidikan Magelang akan memberikan trauma healing kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Terapi psikis untuk mengurangi efek trauma akibat kejadian ini.
“Kita memotivasi anak-anak agar tetap terjaga semangat motivasi belajarnya. Jangan sampai ada trauma terhadap peristiwa ini. Memberikan edukasi kepada orangtua agar lebih meningkatkan pendampingan terhadap anak-anak," jelasnya.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi